JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kasus satu keluarga yang tewas di dalam sebuah rumah di Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, masih menyisakan misteri. Empat korban diidentifikasi atas nama Rudyanto Gunawan (71) dan sang istri Margaretha Gunawan (58). Lalu, anak dari keduanya bernama Dian (40) dan yang terakhir Budyanto Gunawan (69), ipar dari Rudyanto.
Warga awalnya curiga mencari sumber bau tak sedap dari sumber kejadian. Setelah rumah didobrak, warga menemukan empat orang itu sudah dalam keadaan tewas di ruangan berbeda-beda, Kamis (10/11/2022) malam.
Polisi belum bisa menyimpulkan penyebab tewasnya keempat orang itu. Namun, dari hasil otopsi, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada empat orang itu. Belum pula ditemukan zat atau unsur berbahaya di organ dalam mereka.
Hasil otopsi juga menunjukkan bahwa waktu meninggal dunia keempat orang itu berbeda-beda. Paling lama, ada yang meninggal dunia sejak tiga pekan lalu. Namun, ada hal janggal yang ditemukan melalui proses otopsi. Tidak ada zat atau unsur makanan di organ dalam keempat korban tewas tersebut.
Belum tentu penyebab kematian
Kepala Kepolisian Sektor Kalideres AKP Syafri Wasdar menyebutkan, kondisi lambung kosong tidak dapat diartikan bahwa mereka tewas akibat kelaparan. “Terkait tidak ditemukan sisa atau bekas makanan (di organ dalam keempat korban), itu keterangan sementara. Belum tentu menjadi penyebab kematian,” kata Syafri saat ditemui di Mapolsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).
Menurut dokter forensik, jasad sudah berusia lebih dari beberapa hari saat ditemukan. Bahkan, hitungan pekan. Biasanya, untuk jasad yang sudah lama seperti ini, kondisi organ dalam kosong itu merupakan hal yang wajar. “Jenazah yang dilakukan pemeriksaan dalam keadaan begitu, memang tidak ada masuk makanan dua hari atau lebih,” ujar Syafri.
Di sisi lain, Syafri mengatakan, penyidiknya menemukan sejumlah struk belanja harian di dalam rumah. Tetapi, berdasarkan bukti belanja itu, tidak dapat disimpulkan pula bahwa para korban makan sebelum tewas. Sebab, struk itu tak ada yang tertanggal baru-baru ini. “Itu bon bekas dia belanja sehari-hari. Itu sudah lama. Ada yang sudah dari 2021,” ujar Syafri. Polisi pun masih mencari tahu mengapa tidak ditemukan bahan makanan di rumah tersebut.
Bahkan, air minum pun tidak ditemukan di dalam rumah itu. “Banyak orang menganggap, dia (para korban) tinggal di permukiman, lalu kenapa bisa kelaparan? Lapar itu bukan karena tidak memakan ya,” ucap Syafri. “Persoalannya, keluarga itu sangat tertutup sehingga enggak ada (tetangga) yang mengetahui kondisi keluarga itu yang sebenarnya,” kata dia.
Salah satu bentuk ketertutupan itu yakni pernah suatu ketika, petugas jumantik mendatangi rumah korban, tetapi ditolak dan tidak diperkenankan masuk.
5 tahun tak komunikasi
Tidak hanya dengan lingkungan sekitar, empat orang di dalam rumah itu diketahui juga sudah lama tidak berkomunikasi dengan keluarga masing-masing. Adik kandung salah satu korban yang datang ke Mapolsek Kalideres, lanjut Syafri, mengatakan, terakhir berkomunikasi sekitar lima tahun lalu. “Mereka (saudara korban) menyampaikan bahwa keluarga ini terkesan menjauhkan diri dari keluarga inti,” ujar Syafri.
Adalah Ris Astuti (64), yang mengaku sudah lama sekali tidak berkomunikasi dengan kakak kandungnya, Margaretha Gunawan. “Kami sudah lama enggak saling kontak. (Terakhir berkomunikasi) mungkin lima tahun lalu,” ujar Ris di Mapolsek Kalideres, Sabtu kemarin.
Komunikasi terakhirnya itu pun hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tidak ada topik percakapan lainnya. “Karena sejak dulu kami suka tukar-tukaran, kirim-kiriman kado saat ulang tahun. Sekadar itu saja,” kata Ris.
Misteri kapur barus
Semangkuk kapur barus terlihat di atas meja makan di dalam rumah tersebut. Dokter forensik menyebutkan bahwa kapur barus digunakan untuk menyerap bau. “Kapur barus kan ada ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara), dokter mengatakan bahwa kapur barus bisa menyerap bau,” kata Syafri.
Namun, Syafri tidak bisa memastikan apakah kapur barus tersebut secara sengaja digunakan seseorang untuk menghilangkan bau jenazah di dalam rumah tersebut atau tidak.
Syafri juga belum bisa memastikan jika anggota keluarga lain masih hidup saat salah satu anggota keluarga meninggal. “Belum (dugaan jika ada satu yang meninggal, saat korban lain masih hidup). Karena dokter belum mengatakan kematian itu kapan. Jadi belum tahu,” kata Syafri. “Kami masih menunggu hasil laboratorium dari rumah sakit,” lanjut dia.
Kaki dibungkus plastik
Tio (58), tetangga korban, mengatakan bahwa ia terakhir kali melihat Rudyanto 2-3 bulan lalu. “Sekitar 2 atau 3 bulan lalu, saya terakhir ketemu dia,” kata Tio di kediamannya, Sabtu kemarin.
Seingat Tio, dia melihat Rudyanto berjalan menuju rumahnya dengan kaki yang dibungkus plastik hitam. “Saya lihat dari sana jalan kaki, tapi kakinya diikat pakai plastik hitam. Begini, diikat gitu. Lalu saya tanya, ‘Kaki kenapa?’ Tapi (dia) diam saja,” ungkap Tio.
Pada Februari atau Maret 2022, Tio juga pernah mencium bau busuk yang diduga dari rumah tersebut. “Pertama cium bau busuk bulan Februari ke Maret (2022). Bau begini juga, cuma baunya enggak begitu menyengat kayak begini,” kata Tio.
Tidak seperti bau busuk saat ini yang tercium sampai kamarnya, kata Tio, dulu bau busuk hanya tercium saat angin berembus. “Kalau ada angin masuk (baunya), saya pikir bau bangkai nih, tapi saya diemin. Lalu saya panggil tukang untuk mencari-cari di setiap sudut rumah, katanya enggak ada,” kata Tio.
“Terus tukangnya bilang begini, ‘Bu, nanti kalau udah lama, (bangkainya) sudah hancur, hilang baunya’. Benar, hilang tuh saat itu,” kenang Tio.
Bau busuk kemudian kembali tercium beberapa hari terakhir. Tio mengingat baunya jauh lebih menyengat dibandingkan beberapa bulan lalu. “Tapi sekarang ini lebih menyengat. Sampai masuk ke dalam kamar. Makanya saya enggak tahan. Terus saya lapor RT. Soalnya kan suami saya sakit, tidur di ranjang pakai selang,” ungkap Tio. (rdr/kompas.com)