Menurutnya untuk daerah pelosok selama ini sebenarnya sudah ada pos kesehatan nagari (poskesri) yang dibangun oleh nagari itu sendiri, namun pelayanannya belum maksimal. Poskesri inilah yang kemudian “disulap” menjadi Posyandu Prima.
“Tak hanya namanya saja yang berubah dari poskesri ke Posyandu Prima. Lebih dari itu, pelayanan kesehatannya juga ditingkatkan menjadi setara pelayanan puskesmas. Statusnya naik. Dengan kata lain, masyarakat tidak perlu lagi jauh-jauh berobat ke puskesmas, cukup ke Posyandu Prima,” katanya.
Dengan keberadaan Posyandu Prima akan sangat memudahkan masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di nagari-nagari terpencil, yang secara akses, sangat jauh dari puskesmas untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang setara dengan puskesmas.
Keberadaan Posyandu Prima, menurut Lila, juga mengurai kesalahpahaman masyarakat tentang posyandu, yang selama ini diidentikkan sebagai “tempat penimbangan bayi”. Padahal, sesuai namanya, pos pelayanan terpadu, posyandu juga bisa memberikan pelayanan kesehatan secara umum, seperti halnya puskesmas.
“Poskesri yang selama ini hanya melayani ibu bersalin dan semacamnya, melalui transformasi menjadi Posyandu Prima, telah ditingkatkan fungsinya untuk melayani kesehatan masyarakat, termasuk juga melayani screening penyakit-penyakit berat seperti TBC, kanker, dan sebagainya. Selain itu, Posyandu Prima juga menjadi perpanjangan tangan pemerintah daerah untuk penanganan stunting di nagari-nagari,” katanya.
Posyandu Prima telah diluncurkan di dua kabupaten, yakni Limapuluh Kota dan Pasaman Barat. Dalam waktu dekat daerah-daerah lain juga diharapkan bisa segera menyusul. Ujungnya nanti terwujud satu nagari satu posyandu prima. (rdr/ant)