JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah kembali menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 mulai 9 Agustus-16 Agustus 2021. Masyarakat masih terus berdampingan dengan pandemi entah sampai kapan diprediksi berakhir.
Kabar baiknya, setelah sebelumnya pemerintah membuat kebijakan PPKM Level 4 yang dimulai sejak 3 Juli 2021 lalu, yang kemudian diperpanjang sampai saat ini, laju penurunan kasus COVID-19 di Indonesia semakin terlihat.
Oleh karenanya, Dewan Pengarah Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) sekaligus Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof Jamal Wiwoho menilai langkah ini pun sangat tepat diterapkan lagi di Indonesia kendati harus waspada dan meminimalisasi dampaknya dari kebijakan tersebut.
Menurut Prof Jamal, pandemi sangat memengaruhi banyak sektor. Baik dari ekonomi, kesehatan juga pendidikan. “Pemerintah harus kembali menggerakkan ekonomi rakyat kita. Semua sektor ini harus beralih, dari face to face sekarang memanfaatkan digital saja,” katanya dikutip dari keterangan persnya.
Apa yang perlu dilakukan untuk bisa hidup berdampingan dengan virus COVID-19? Berikut rangkumannya.
Pendidikan dibuka sesuai zona
Ia mencontohkan pada sektor pendidikan, sebelum PPKM Level 4 diterapkan, ada keputusan bersama para Menteri yang meminta segera kampus dan sekolah bisa dibuka tatap muka. “Tapi syaratnya ada rekomendasi dari Satgas COVID-19 dengan syarat yang ketat. Persyaratannya yaitu tidak zona merah, tidak di wilayah PPKM,” ujarnya.
Namun, ia berujar jika orangtua tak mengizinkan maka sekolah tak bisa memaksa. Sebab, ini sebagai uji coba untuk membuka diri dengan kenormalan, mengingat kampus atau sekolah bisa jadi penyebaran COVID-19.
Belajar tatap muka sesuai tahapan
Prof Jamal yakin bahwa cukup banyak murid atau mahasiswa rindu datang belajar tatap muka. Akan tetapi, penerapan belajar tatap muka sebaiknya dimulai secara perlahan dimulai dari per tingkat hingga durasi belajar.
“Ini pun menjadi dilema, jadi kalau mau dimulai tatap muka tentu tidak semua masuk bareng, di perguruan tinggi dicoba, misal mahasiswa semester 1 dan 7 tatap muka, lalu 1 kelas 25 mahasiswa, jamnya enggak boleh lama-lama, 1 mata kuliah itu 100 menit,” ujarnya.
Mengubah gaya hidup
Di lain hal, Prof Jamal juga menambahkan bahwa masyarakat Indonesia juga akan terus menghadapi pandemi COVID-19 yang belum diketahui sampai kapan berakhir. Karena itu, masyarakat juga harus mengubah gaya hidup dengan protokol kesehatan.
“Pemerintah harus bisa bertindak tegas terhadap masyarakat untuk disiplin. Kemana-mana harus protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan),” ujarnya.
Vaksinasi
Di samping 3M, kata Prof Jamal, masyarakat juga harus mau divaksinasi COVID-19. Pemerintah pun hingga saat ini menargetkan vaksinasi di berbagai daerah Prof Jamal mengungkap bahwa langkah PPKM dilakukan pemerintah di sini tidak dilakukan seperti negara maju yang lockdown.
“Kita enggak mungkin lockdown karena ada ribuan pulau. Maka PPKM pertama Jawa-Bali ini dianggap tepat, lalu kasus menurun. Walaupun di Sumatera meningkat, karena perputaran peredaran, dan ini dengan tambahan virus delta dan sebagainya,” kata dia.
Beradaptasi dengan COVID-19
Lewat FSK, Prof Jamal pun tak pernah bosan mengedukasi dan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya COVID-19. Masyarakat harus selalu diberi pemahamanan yang baik dan mudah dimengerti.
“Karena sebagian masyarakat kita ini tidak yakin ada Covid-19. Padahal, kita harus belajar banyak. Misal mengambil paksa jenazah, mereka bisa merusak alat kesehatan dan menghalangi petugas. Ini perlu edukasi, karena gak sekadar ke keluarga, tapi orang lain bisa kena,” kata dia.
Lalu sebagai negara dengan kedermawanan tertinggi dan kesalehan sosial, saatnya sekarang ini kita semua harus saling membantu. “Dari tingkat paling bawah, yaitu RT, RW, Desa, Kelurahan hingga Kecamatan harus bersatu bahu-membahu untuk saling peduli dan membantu,” tuturnya. (*)