Muhammad Riza Chalid dikenal karena reputasinya sebagai pengusaha yang disegani dan identik dengan bisnis perminyakan di Tanah Air. Banyak literatur yang mengungkapkan kejayaan kiprah Riza di sektor bisnis.
Rizal Ramli dalam bukunya ‘Menentukan Jalan Baru Indonesia‘ (April 2009) menyebut Riza Chalid sebagai Teo Dollars yang pendapatan perharinya USD600 ribu. Aktivis sekaligus peneliti George Aditjondro juga pernah mengungkap kiprah Riza dalam bisnis minyak melalui bukunya yang berjudul Cikeas Makin Menggurita.
Globe Asia pernah menobatkan Riza Chalid sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Peringkat Riza berada di urutan ke 88 dalam 150 Richest Indonesian dengan kekayaan yang ditaksir mencapai USD415 Juta lewat perusahaan Global Energy Resources.
Melalui Global Energy Resources inilah Riza disebut banyak berperan mengatur bisnis impor minyak yang dilakukan anak usaha PT Pertamina, yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral) di masa lalu. Karena dinilai menjadi sarang mafia migas, Petral akhirnya dibubarkan oleh Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Perusahaan lain yang dimiliki Riza adalah mall elit dikawasan Sudirman Central Business District, Pacific Place. Di mall tersebut, Riza juga memiliki fasilitas hiburan bagi anak-anak yang bernama KidZania Indonesia.
Bahkan, sekitar tahun 2015, masyarakat Minangkabau sempat berang dengan pernyataan Muhammad Riza Chalid. Pengusaha itu menyebut Sumatera Barat sebagai “Provinsi Dajjal.”
Pernyataan Riza terungkap berdasarkan rekaman percakapan antara dia dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Syamsoeddin, dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto yang diperdengarkan dalam sidang Majelis Kehormatan Dewan DPR RI pada 2 dan 3 Desember 2015. (rdr)