Anies Naik Private Jet ke Padang, Terduga Pemiliknya Pernah Sebut ‘Sumbar Provinsi Dajal’

Pesawat private jet tersebut diketahui jenis Embraer Legacy 650. Dalam data tersebut, tertulis jika private itu teregister di Caymen Island dengan negara asal Swiss.

Anies Baswedan turun dari private jet saat kunungan ke Padang.

Anies Baswedan turun dari private jet saat kunungan ke Padang.

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Anies Baswedan datang ke Padang dan Batusangkar, Sumatera Barat pada Sabtu-Minggu kemarin. Sampai di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Anies Baswedan menggunakan private jet sewaan.

Informasi yang dihimpun Radarsumbar.com dari flightradar, pesawat private jet tersebut diketahui jenis Embraer Legacy 650. Dalam data tersebut, tertulis jika private itu teregister di Caymen Island dengan negara asal Swiss.

Hal tersebut lantas menjadi viral dan bahan perdebatan di linimasa twitter setelah salah satu akun @kurawa yang membuat postingan “Private Jet (PJ) nya di register di negara tempat Pencucian Uang Terbesar di Dunia Cayman Island. Mau sebut siapa pemilik PJ ini nanti kadrun pada marah2 lagi. Kombinasi ciamik : oligarki + hindari pajak. Emang kadrun spesialis dibohongin terus”, tulis akun tersebut.

Sontak, postingan pada tanggal 5 Desember 2022 sekitar pukul 9.13 WIB tersebut langsung berseliweran di twitter. Kehebohan itu semakin menjadi-jadi lantaran sejumlah netizen pun mencari fakta terkait Cayman Island dan juga pemilik private jet tersebut.

Dilansir dari Wikipedia, Kepulauan Cayman adalah negara yang terletak di seberang laut Britania Raya di Laut Karibia. Di Kepulauan Cayman, tidak ada penerapan pajak penghasilan, tidak ada pajak properti, tidak ada pajak capital gain, tidak ada pajak gaji, dan tidak ada pajak pemotongan dan perusahaan.

Kesempatan ini dilihat oleh orang-orang kaya untuk mendirikan sebuah perusahaan cangkang di Cayman. Hal itu ditujukan agar dapat menyalurkan laba sebanyak-banyaknya serta melindungi pendapatan perusahaan dari perpajakan.

Walaupun begitu, biaya hidup di negara ini cukup mahal, terlebih lagi biaya untuk mendapatkan tempat tinggal. Pemerintah Cayman mendapat pendapatan dari biaya pariwisata, izin kerja, transaksi keuangan, dan bea masuk.

Sementara itu, pemilik private jet tersebut diketahui adalah seorang pengusaha minyak bernama Muhammad Riza Chalid. Dia tersohor dan ramai dipergunjingkan setelah kasus pelanggaran etika Ketua DPR RI Setya Novanto terkait pencatutan nama Presiden RI Joko Widodo dalam negosiasi dengan Direktur PT Freeport Indonesia.

Muhammad Riza Chalid dikenal karena reputasinya sebagai pengusaha yang disegani dan identik dengan bisnis perminyakan di Tanah Air. Banyak literatur yang mengungkapkan kejayaan kiprah Riza di sektor bisnis.

Rizal Ramli dalam bukunya ‘Menentukan Jalan Baru Indonesia‘ (April 2009) menyebut Riza Chalid sebagai Teo Dollars yang pendapatan perharinya USD600 ribu. Aktivis sekaligus peneliti George Aditjondro juga pernah mengungkap kiprah Riza dalam bisnis minyak melalui bukunya yang berjudul Cikeas Makin Menggurita.

Globe Asia pernah menobatkan Riza Chalid sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Peringkat Riza berada di urutan ke 88 dalam 150 Richest Indonesian dengan kekayaan yang ditaksir mencapai USD415 Juta lewat perusahaan Global Energy Resources.

Melalui Global Energy Resources inilah Riza disebut banyak berperan mengatur bisnis impor minyak yang dilakukan anak usaha PT Pertamina, yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral) di masa lalu. Karena dinilai menjadi sarang mafia migas, Petral akhirnya dibubarkan oleh Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Perusahaan lain yang dimiliki Riza adalah mall elit dikawasan Sudirman Central Business District, Pacific Place. Di mall tersebut, Riza juga memiliki fasilitas hiburan bagi anak-anak yang bernama KidZania Indonesia.

Bahkan, sekitar tahun 2015, masyarakat Minangkabau sempat berang dengan pernyataan Muhammad Riza Chalid.‎ Pengusaha itu menyebut Sumatera Barat sebagai “Provinsi Dajjal.”

Pernyataan Riza terungkap berdasarkan rekaman percakapan antara dia dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Syamsoeddin, dan Ketua Dewan‎ Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto yang diperdengarkan dalam sidang Majelis Kehormatan Dewan DPR RI pada 2 dan 3 Desember 2015. (rdr)

Exit mobile version