Ia mengakui mulai membudidaya bunga Rafflesia di halaman rumah semenjak 2000. Ia tergerak untuk membudidayakan bunga Rafflesia karena sering mendampingi peneliti dari negara Eropa saat riset ke kawasan Cagar Alam Batang Palupuh dengan jaraknya sekitar 500 meter dari rumahnya.
Ia mengambil inang bunga Rafflesia dan kemudian menanamnya dalam polibag. Setelah tumbuh, inang tersebut dipindahkan ke lahan perkarangan rumah orang tuanya.
Setelah inang tumbuh besar, ia menempelkan biji dari bunga Rafflesia ke inang tersebut berulang kali. Dengan begitu, beberapa bulan kemudian muncul knop atau bonggolnya apabila inang terinfeksi. “Setidaknya ada 23 individu mekar sempurna di halaman rumah orang tuanya semenjak 2009 sampai sekarang. Saat ini masih ada 20 knop berbagai ukuran di lokasi,” katanya. (rdr/ant)