“Kami dari pemerintah telah menyediakan anggaran optimal dari tahun sebelumnya untuk honor bagi guru mengaji supaya mendidik anak-anak kita di masjid, maka laksanakan kajian untuk anak setiap harinya seperti kajian hadist, tafsir dan lain-lain,” ujarnya.
Sementara Inyiak Datuak Tun Muhammad Panghulu Pucuak Kurai Limo Jorong Ferry Chova mewakili pengurus masjid dan tokoh masyarakat di Garegeh mendukung penuh program pemerintah untuk menjadikan Masjid Tablighiyah sebagai masjid ramah anak di Kota Bukittinggi.
“Anak muda laki-laki Minangkabau dulunya tidur di masjid dan belajar bela diri silat di lingkungan masjid, bahkan menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan dan pusat peradaban,” katanya.
Sementara Manajer Program Yayasan Ruang Anak Dunia Wanda Leksmana bersyukur atas komitmen dari pengurus masjid Tablighiyah yang ingin menjadikan masjid ramah anak sebagai program masjid
“Ini adalah tindak lanjut dari sosialisasi masjid ramah anak yang difasilitasi oleh Dinas P3AP2KB Kota Bukittinggi pada Oktober lalu, sehingga memberikan motivasi bagi masjid di Bukittinggi untuk mendukung penyelenggaraan kota layak anak melalui masjid ramah anak, kata dia.
Ia menyampaikan masjid ramah anak merupakan salah satu indikator KLA, tepatnya pada indikator KLA nomor 20 sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2021 Tentang Kebijakan Kabupaten Kota Layak Anak.
“Kami berharap peluncuran masjid ramah anak ini menjadi legacy dan motivasi bagi masjid-masjid lainnya di kota Bukittinggi dan Sumatera Barat,” ujarnya. (rdr/ant)