Pihaknya berharap dengan upaya yang dilakukan maka daerah itu bebas dari kawasan kumuh dan rumah tidak layak huni.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit meminta program renovasi rumah pada 2023 diutamakan untuk penanganan stunting.
“Stunting di Pariaman tidak saja disebabkan oleh pola asuh yang salah dan kemiskinan namun juga lingkungan yang tidak sehat,” ujarnya.
Ia menyampaikan lingkungan rumah yang tidak bersih dan sehat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan bayi di bawah lima tahun (balita). Pada 2022 pihaknya berhasil menurunkan angka stunting dari 20,3 persen pada 2021 menjadi 16,8 persen pada 2022.
Oleh karena itu, lanjutnya program renovasi rumah pada 2023 harus mengutamakan pada rumah yang terdapat balita agar lingkungan tempat tinggalnya bersih dan sehat sehingga angka stunting di Pariaman bisa turun di bawah 10 persen. (rdr/ant)