Mainan Lato-lato Ternyata Tidak Berasal dari Indonesia, Ini Faktanya!

Lato-lato atau juga disebut nok-nok adalah mainan jadul yang sempat populer di era 1990-an hingga awal 2000-an. Kini, mainan itu tengah viral.

Mainan lato-lato. (net)

Mainan lato-lato. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Mainan lato-lato kini ada di mana-mana. Dimainkan banyak orang, mengeluarkan bunyi ‘nok nok nok’ yang nyaring.

Lato-lato atau juga disebut nok-nok adalah mainan jadul yang sempat populer di era 1990-an hingga awal 2000-an. Kini, mainan itu tengah viral.

Saking viralnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun ikut menjajal mainan tersebut. Orang nomor wahid di Indonesia itu main lato-lato saat berkunjung ke Subang, Jawa Barat. Aksinya diunggah oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menemani presiden dalam kunjungan itu.

“Main nok-nok bareng presiden dan gubernur,” tulis Emil dalam keterangan video yang diunggah di akun Instagram-nya.

Lantas, apa itu lato-lato? Bagaimana sejarahnya hingga bisa kembali viral di era gempuran gim daring saat ini? Lato-lato atau nok-nok adalah mainan jadul yang digemari segala usia di era 1990-an. Mainan itu terdiri dari dua bandulan berat yang terbuat dari plastik dan digantung ke sebuah tali.

Subhan (45), salah satu penjual mainan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan menyebut bahwa mainan satu ini kembali viral sejak awal Desember 2022. Menurutnya, akhir-akhir ini banyak orang, anak-anak sampai orang tua, mencari lato-lato.

“Udah dari awal Desember kalau di sini. Saya jual, ya, sekitar minggu kedua lah. Yang beli juga beragam, yang tua-tua juga banyak yang beli,” kata Subhan.

Subhan menyebut, lato-lato memiliki bentuk dan ukurannya yang beragam. Bahkan, lato-lato yang dijualnya sengaja dimodifikasi dengan berbagai warna dan gambar di bagian pendulum atau bandulnya.

Jika dulu bandulan lato umumnya polos, kini ada gambar wajah dengan berbagai ekspresi yang sengaja ditempel. Tentu saja, gambar-gambar itu membuat lato-lato kian diincar. “Biar tidak bosan saja. Boring lah, boring, kalau bulat doang mah,” kata Subhan.

Satu mainan lato-lato biasanya dibanderol seharga Rp13 ribu hingga Rp20 ribu. Harganya memang relatif terjangkau. Bagi Subhan, yang penting anak-anak senang.

“Bagus juga ini [lato-lato]. Jadi enggak main HP mulu anak-anak. Tapi, ya, itu, mainnya harus hati-hati. Kalau enggak hati-hati, bisa benjol jidat kena lato-lato,” kata Subhan berkelakar.

Lato-lato atau nok-nok bukan cuma tenar di Indonesia. Aslinya, mainan ini sudah viral lebih dulu di luar negeri. Di luar Indonesia, lato-lato dikenal dengan berbagai nama. Mulai dari clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, dan clankers.

Menukil laman Groovy History, di negeri lain, mainan ini cukup menguras kesabaran orang tua. Pasalnya, mainan ini dianggap cukup berbahaya karena bisa menyebabkan cedera. Mainan ini konon muncul pertama kali tahun 1960-an dan mulai populer di Amerika Serikat.

Disana, mainan ini dikenal dengan sebutan clackers. Mainan ini terdiri dari dua bola plastik atau kaca yang digantung dengan tali sederhana. Saat dimainkan, lato-lato menciptakan suara nok nok yang cukup keras.

Bahkan, jika dimainkan terlalu keras, bandul bisa pecah atau lepas dari talinya yang bisa membuat anak cedera. Awalnya, clackers dibuat dengan kaca. Tapi, tingkat bahayanya lebih besar karena kerap pecah dan memicu cedera.

Berangkat dari risiko tersebut, bahan utama mainan pun diganti dengan bola yang terbuat dari plastik sebagaimana yang tersedia saat ini.

Cara memainkannya pun mudah. Cukup menggoyangkan lato-lato dengan kecepatan stabil hingga membuat kedua bandul saling berbenturan dan mengeluarkan suara nok nok.

“Diayun saja, biar dua bolanya saling adu pas di bawah maupun di atas. Nanti muncul suara nok nok nok. Itu yang bikin anak suka, suara nok nok itu yang bikin ketagihan,” kata Subhan menutup perbincangan. (rdr/cnn)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version