Ke depan, kata Eva, pihaknya akan melakukan digitalisasi terhadap cerita rakyat yang diterjemahkan tersebut sehingga sebarannya menjadi semakin luas. “Kita mengikuti arah perkembangan zaman yang memasuki era digital. Semua produk yang dihasilkan Balai Bahasa Sumbar akan kita upayakan untuk bisa didigitalisasi termasuk cerita terjemahan ini,” katanya.
Sementara itu Kasubag Umum Balai Bahasa Sumbar, Wahyudi mengatakan produk cerita rakyat yang telah diterjemahkan itu sudah mencapai 23 termasuk yang dikerjakan pada 2022. “Kita programkan untuk mendigitalisasi semua produk ini pada 2023,” ujarnya.
Selain penerjemahan, Balai Bahasa Sumbar juga melakukan revitalisasi terhadap dua sastra lisan di provinsi itu. Dua sastra lisan itu masing-masing Indang Tuo di Kabupaten Agam dan Sastra Lisan Managua di Kabupaten Tanah Datar.
Sastra Lisan Indang Tuo adalah seni mendengarkan syair keagamaan yang diiringi tabuhan rebana yang dimainkan kelompok berjumlah ganjil, biasanya 11 orang. Sedangkan Sastra Lisan managua adalah prosesi yang dilakukan ketika mempelai laki-laki dan perempuan turun dari rumah keluarga. (rdr/ant)