“Dikatakan sebagai penyakit yang terabaikan karena ordonya berkisar puluhan ribu setahun, tidak terlampau banyak. Penyebabnya patogen, bisa virus, bakteri, parasit, atau jamur,” kata Menkes Budi.
Budi memastikan NTDs tidak mematikan, sebab obat-obatan, alat diagnosa, hingga vaksin sudah tersedia di Tanah Air. “Yang harus kita pastikan, surveilans dan protokol kesehatan harus baik,” katanya.
Penyakit itu ada yang menular lewat sentuhan dengan penderita hingga binatang. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit menular akibat patogen di antaranya menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, tracing, treatment, vaksin, dan terapi.
“Jadi harus pastikan prokesnya, harus jaga kebersihan, kontaknya harus dijaga, khusus daerah endemis harus dikontrol. Deteksinya juga sudah bisa dilakukan secara klinis dan mikroskop biasa sudah bisa dideteksi,” katanya.
Peringatan NTDs Sedunia 2023 di Indonesia ditandai dengan pemberian penghargaan kepada 108 pejabat di lingkup pemerintah kota/kabupaten di Indonesia atas upaya pengentasan penyakit filariasis dan frambusia di wilayah masing-masing.
Sertifikat eliminasi filariasis diberikan kepada lima pejabat provinsi di antaranya Bupati Subang, Pj Wali Kota Bekasi, Pj Bupati Bekasi, Pj Bupati Mappi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori.
Sedangkan sertifikat bebas frambusia diterima oleh 52 kepala daerah, di antaranya Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Subang, Tasikmalaya, Malang, Gorontalo Utara, Palembang, Kebumen, dan Pariaman. (rdr/ant)