Pada kala itu, Direktur Utama INKA sebelumnya, yakni Budi Noviantoro telah mempresentasikan bahwa pabrik tersebut sudah siap beroperasi hanya saja saat itu masih dalam keadaan kosong.
“Pabrik INKA di Banyuwangi itu mampu produksi. Kenapa kosong? Karena memang belum dapat order dari KCI, Pak. Kalau sudah dapat order, dari KCI yang ditunggu-tunggu, baru mereka bisa produksi. Dan untuk produksi itu 18 bulan selesai. 18 bulan mulai dari beli alat dan suku cadang,” terang Andre.
Andre juga mengaku, pihaknya telah mewanti-wanti KCI sejak Januari 2021 untuk memesan kereta kepada PT INKA (Persero) sehingga impor tak perlu dilakukan.
Sayangnya, pemesanan tersebut baru dilakukan pada 9 Maret 2023 ini dengan dalih pabrik baru diresmikan. Padahal, pabrik sudah siap sejak 2020 silam.
Akibatnya, INKA baru dapat menyediakan kereta tersebut pada 2025 karena proses produksi 18 bulan tersebut. Karena itulah, menurutnya apabila KCI memesan kereta INKA sejak Januari 2021 tersebut, tahun ini kereta sudah bisa tersedia dan KCI tidak perlu impor.
“Bapak sudah tahu jauh-jauh hari kalau 2023 kereta sudah harus ganti, 2024 sudah ganti. Pertanyaannya kenapa nggak jauh-jauh hari pesan ke INKA. Lalu dijawab ini karena COVID-19. Nggak ada. Berbagai skenario kan bisa dilakukan. Jadi Desember 2020 atau Januari 2021 Bapak pesan ke INKA, insya Allah pertengahan Juni 2023 ini sudah selesai. Tapi karena Bapak baru pesan, jadi baru selesai 2025. Jadi mari kita luruskan informasi bohong kepada publik,” sambungnya.
Sebagai tambahan informasi, penolakan Andre Rosiade terhadap impor kereta telah beberapa kali diutarakannya. Beberapa waktu lalu, ia juga telah meminta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menolak rencana impor kereta bekas produksi 1994 tersebut.
“Saya mohon keberpihakan Kementerian Perdagangan kita tolak itu impor kereta bekas. Masak kita negara G20 lalu kita kasih rakyat kita kereta bekas umur 29 tahun. Ini memalukan kita sebagai bangsa. INKA itu bisa bikin LRT, masa KRL kita gak mampu,” kata Andre. (rdr)