“Kegiatan ini merupakan kegiatan setiap tahun saat datanya Lebaran,” katanya.
Ia mengakui, rakik-rakik tersebut dibuat secara bersama-sama oleh masyarakat setempat mulai dari perencanaan pada awal Ramadhan dan dilanjutkan untuk mencari bambu bahan untuk rakik-rakik.
Setelah itu, merangkai bambu tersebut menjadi rakik-rakik dengan berbagai ornamen secara bergotong royong.
“Nilai satu rakik-rakik bervariasi mulai senilai Rp15 juta sampai Rp30 juta sesuai dengan ornamen dan motif. Dana tersebut berasal dari sumbangan perantau dan masyarakat sekitar,” katanya.
Sementara Wakil Bupati Agam, Irwan Fikri mengapresiasi terlaksananya festival rakik ini, karena anak nagari konsisten melaksanakannya setiap tahun.
“Ini bentuk dukungan nyata dari anak nagari terhadap program Pemkab Agam di bidang pariwisata,” katanya.
Ia menambahkan, banyak yang dapat dipetik dari pelaksanaan festival tersebut, terutama adanya jiwa kegotong royongan dan kekompakan.
“Rakik bisa berlayar di Danau Maninjau ini, berkat gotong royong dan kekompakan yang terjalin di tengah masyarakat,” katanya. (rdr/ant)