Herman yang bergabung di Sekola Sumba sejak 2019 tersebut sempat mengenyam pendidikan formal hingga kelas 2 SMP, namun jarang masuk sekolah karena kehidupan sehari-harinya juga membantu pekerjaan orang tua.
“Saya senang bersekolah di sekolah adat. Kami ingin belajar supaya pintar jadi kami ikut belajar sama Pak Guru,” kata Herman.
Kisah Herman berbeda dengan Nisa yaitu anak Sekolah Adat Pesinauan Osing, Banyuwangi, Jawa Timur, karena menjalani dua jenis pendidikan sekaligus yakni pendidikan formal di SMK dan sekolah adat.
Pemilik nama lengkap Shoula Nisa Lailatus Syiam yang kini menjadi siswi kelas X di SMKN 1 Banyuwangi bercerita bahwa ia ingin masuk Sekolah Adat Pesinauan Osing karena ingin mengetahui lebih dalam tentang adat desa Kemiren, Banyuwangi.
Menariknya, Nisa ternyata juga menjadi guru di Sekolah Adat Pesinauan Osing dengan mengajarkan tari tradisional kepada anak-anak sekolah adat tersebut yang selaras dengan jurusannya di SMK yakni Seni Tari.
Pada Senin hingga Jumat, Nisa biasanya bersekolah di SMKN 1 Banyuwangi lalu pergi ke sekolah adat pada hari Ahad atau hari libur lain.
“Kalau di sekolah adat saya sebagai mentor tari. Saya ajarkan anak-anak mulai dari olah tubuh lalu olah rasa,” ujarnya. (rdr/ant)