JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Menjelang perayaan Idul Adha 2023, masyarakat diimbau agar lebih berhati-hati memilih hewan kurban. Ada tiga penyakit hewan yang perlu diwaspadai meskipun itu bukan tergolong penyakit zoonosis atau menular ke manusia.
Tiga penyakit itu meliputi Penyakit mulut dan kuku (PMK), Lumpy skin disease (LSD) dan Peste des petits ruminants (PPR). Perlu juga untuk diketahui agar hewan kurban yang dibeli tidak terindikasi tiga penyakit tersebut.
Berikut penjelasannya agar penyakit pada hewan kurban diketahui oleh masyarakat seperti dilansir laman nu.or.id.
1. Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK
PMK adalah virus yang menular pada ternak. PMK juga merupakan penyakit pertama yang diakui status resminya World Organisation for Animal Health (WOAH).
Penyakit ini menyerang sapi, babi, domba, kambing, dan hewan memamah biak berkuku belah lainnya. Gejala klinis ditandai dengan demam dan luka seperti lepuh di lidah dan bibir, di mulut, di puting susu dan di antara kuku.
Lepuh yang pecah dapat menyebabkan kepincangan yang ekstrem dan susah untuk bergerak atau makan. Biasanya, lepuh akan sembuh dalam waktu 7 hari tetapi kadang-kadang lebih lama.
“Hewan yang kena PMK tidak nafsu makan pengaruhnya juga ke bobot pakan, selain itu serangan PMK yang parah dapat menyebabkan lepasnya kuku pada hewan yang mengakibatkan kesakitan yang parah,” kata drh. Ahmad Syifa Sidik, Kamis (22/6/2023).
PMK ditemukan di semua hewan yang terinfeksi. Hewan-hewan ini menghembuskan sejumlah besar virus melalui angin, yang dapat menginfeksi hewan lain melalui saluran pernapasan atau mulut. Virus ini dapat ditemukan dalam susu, bisa 4 hari sebelum hewan menunjukkan tanda-tanda penyakit.
2. Penyakit LSD atau lato-lato
Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi dan kerbau adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dicirikan dengan adanya benjolan pada kulit sapi. Timbulnya benjolan atau bintik-bintik pada kulit hewan yang tertular.
Diawali dengan bintik-bintik tersebut kecil dan keras, tetapi secara bertahap tumbuh ukurannya dan menjadi lembut serta berisi cairan. Virus yang menyebabkan LSD ini masuk ke dalam genus Capripoxvirus yang ditularkan melalui antropoda, terutama serangga pengisap darah seperti lalat, nyamuk, atau caplak.
“Penyakit LSD itu yang dikontrol bukan hanya pada hewan yang terjangkit tapi vektornya juga yaitu nyamuk dan lalat,” tutur Pengurus GP Ansor Kabupaten Subang, Jawa Barat itu.
Gejala yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat. Menurut dia, gejala umum diawali dengan demam dan kadang diikuti dengan keluarnya ingus maupun leleran dari konjungtiva mata.
Sementara gejala yang bisa paling terlihat adalah munculnya nodul-nodul pada kulit. Nodul atau bintil-bintil ini tampak menonjol dengan diameter 2-5 sentimeter, berbatas jelas, tersebar di daerah leher, punggung, perineum, ekor, tungkai, dan organ genital.
Apakah daging hasil sembelih dari hewan yang terkena LSD dapat dikonsumsi? Dokter Hewan Syifa menuturkan karena luka/lesio yang diakibatkan oleh LSD menembus hingga ke otot menyebabkan otot tersebut tidak layak dikonsumsi dan harus di triming dan disisihkan untuk dibuang.
3. Penyakit Peste des petits ruminants (PPR)
Dilansir dari website DitjenPKH Pertanian, Peste des petits ruminants (PPR) merupakan salah satu penyakit virus pada kambing dan domba yang ditandai dengan peradangan pada saluran pencernaan dan pernafasan.
Penyakit ini masuk dalam “daftar penyakit” yang dibuat oleh OIE. PPR tidak memiliki vektor atau tidak ditularkan secara mekanis. Penularan utama terjadi melalui aerosol dan kontak langsung terhadap ternak terinfeksi.
Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui peralatan kendang, pakan, wadah air minum, dan peralatan lainnya.
Gejala awal yang muncul adalah demam dengan suhu mencapai 41 derajat celsius yang diikuti dengan depresi atau ternak menunjukkan tanda-tanda gelisah dan anoreksia.
Demam ini dapat terjadi selama 3 sampai 5 hari. Selain itu, ditemukan leleran hidung dengan bentuk feses yang cair hingga berdarah, batuk, dispneu, dan stomatitis disertai halitosis.
Setelah 5 hari, ternak akan mengalami dehidrasi berat, hipotermia, kesulitan bernapas yang berat dan berujung pada kematian.
Pada kasus perakut (umumnya pada kambing), sering terjadi kematian mendadak yang ditandai dengan demam tinggi dan depresi. (rdr)