Adab Ketika Menguap, Ditutup Pakai Punggung Tangan Kiri

Setan masuk ke dalam tubuh manusia bersamaan dengan menguap. Maka untuk menahan agar setan tidak bisa harus, ketika menguap harus disertai dengan menutup mulut menggunakan punggung tangan kiri.

ilustrasi menguap. (dok. istimewa)

ilustrasi menguap. (dok. istimewa)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan terkait adab ketika menguap. Menurutnya ketika menguap, baik di dalam salat maupun di luar salat, upayakan ditutup dengan menggunakan punggung tangan kiri.

“Jadi, baik di dalam salat maupun di luar salat, itu upayakan ditutup dengan tangan kiri, punggungnya. Syukur-syukur bisa ditahan, tidak jadi menguap ketika salat, tetapi jika tidak (bisa ditahan), ditutup,” katanya pada saat Ngaji Kitab Hadits Jami’ As-Shogir dilansir dari NU Online, Minggu (25/6/2023).

Keterangan itu didasarkan pada satu hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Said Al-Khudri yang dia baca. Kiai Miftach menyampaikan bahwa orang menguap itu mulutnya terbuka lebar.

Hal demikian ini tidak baik sehingga harus ditutup kejelekannya. “Di samping itu, setan masuk ke dalam tubuh manusia, mengganggu, menyentuh organ manusia, sehingga mendatangkan sakit dan sebagainya.”

“Itu lewatnya bersamaan ketika menguap, tidak ditutup. Banyak terjadi seperti itu, setan masuk ke dalam tubuh manusia akhirnya berat, shalat berat, khusyu berat, berbuat kebaikan berat,” ungkapnya.

Dia menegaskan bahwa setan masuk ke dalam tubuh manusia bersamaan dengan menguap. Maka untuk menahan agar setan tidak bisa harus, ketika menguap harus disertai dengan menutup mulut menggunakan punggung tangan kiri.

“Tidak harus mulutnya semua ditutup, yang penting ada gerakan menutup. Jadi menghadapi setan itu tidak pakai hal-hal yang aneh-aneh, menghadapi setan bukan malah membawa clurit, nanti tertawa setannya. Cukup membaca Audzubillahi minas syaitonir rojim,” terang Kiai Miftach.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur ini menjelaskan bahwa gerakan menutup mulut ketika menguap dalam shalat, tidak membatalkan shalat.

Namun, ia meminta agar orang yang menguap di saat shalat itu agar berupaya menahannya. Jika tidak mampu menahan diri untuk tidak menguap, maka harus ditutup menggunakan punggung tangan kiri.

“Orang jika menguap itu keluar suara haa, saking ngantuknya sampai keluar suaranya kenceng. Setan malah tertawa kalau menguap sampai mengeluarkan suara, bisa tertawa secara hakikat atau secara kinayah, karena saking bahagianya.”

“Oleh karena itu supaya setannya kecewa, ditutupi, tidak keluar suaranya, setan mau sorak-sorak tidak jadi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kiai Miftach menjelaskan bahwa intinya Allah tidak menyukai orang menguap apalagi di waktu salat, terlebih tidak mengerti adabnya.

Dia mengungkapkan bahwa apa yang tidak disenangi Allah, berarti disenangi setan. Kemudian jika melakukan apa yang tidak disenangi Allah, berarti akan membuat dibenci Allah.

“Intinya hadits ini meminta agar kita menahan menguap kalau bisa. Jangan mengeluarkan suara. Bersin kalau bisa ya ditahan. Kenapa? Kembali lagi, kesenangan setan jika ada orang menguap, bersin kencang suaranya.”

“Padahal setan musuh bebuyutan kita, setan diciptakan untuk menghina kita, tidak pernah jera atau berhenti atau capai. Setan tidak pernah kehilangan kesempatan untuk menghina kita, itu tugasnya,” katanya.

“Itu semua perkataannya Kanjeng Nabi, lebih utama dari perkataan kiai. Beruntung kita mengisi usia kita ini dengan terus mendengarkan perkataan-perkataan kanjeng nabi,” tutupnya. (rdr)

Exit mobile version