JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Korea Utara (Korut) menguji coba rudal jelajah jarak jauh baru yang mampu menghantam sebagian besar wilayah Jepang. Demikian laporan media pemerintah setempat.
“Tes yang dilakukan akhir pekan kemarin, sukses membawa rudal melakukan perjalanan hingga 1.500 km,” kata kantor berita resmi pemerintah Korut KCNA.
Di sisi lain, hal ini menunjukkan bahwa Korut masih mampu mengembangkan senjata meskipun sedang mengalami kekurangan pangan dan krisis ekonomi.
Militer AS mengatakan, uji coba rudal terbaru yang dilakukan Korut memunculkan ancaman bagi masyarakat internasional. Negara tetangganya, Jepang, memiliki kekhawatiran yang signifikan terkait hal ini.
Sebuah gambar di surat kabar Korea Utara Rodong Sinmun menunjukkan sebuah rudal ditembakkan dari kendaraan peluncuran, sementara yang lain terlihat dalam penerbangan horizontal.
“Rudal ini adalah ‘senjata strategis yang sangat penting’. Tes dilakukan pada hari Sabtu (11/9) dan Minggu (12/9), dengan rudal mengenai target sebelum jatuh ke perairan teritorial Korea Utara,” kata KCNA.
Sedangkan analis Korut Ankit Panda menyebutkan, ini adalah rudal jelajah jarak jauh pertama di negara tersebut, yang mungkin bisa membawa hulu ledak nuklir.
Dikutip dari BBC, sanksi Dewan Keamanan PBB melarang Korut menguji coba rudal balistik, bukan rudal jelajah seperti ini. PBB menganggap rudal balistik lebih mengancam daripada rudal jelajah karena mereka dapat membawa muatan yang lebih besar dan lebih kuat, memiliki jangkauan yang lebih jauh, dan dapat terbang lebih cepat.
Rudal balistik ditenagai oleh roket dan mengikuti lintasan seperti busur, sementara rudal jelajah ditenagai oleh mesin jet dan terbang pada ketinggian yang lebih rendah. Lalu apakah uji coba rudal yang dilakukan Korut adalah masalah besar? Pengamat menjawab pertanyaan ini dengan iya, dan tidak.
Alasan beberapa orang mungkin mengabaikan uji coba rudal ini adalah karena yang diuji adalah rudal jelajah. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, rudal jenis ini tidak dikenakan sanksi Dewan Keamanan PBB yang diberlakukan untuk mengekang program nuklir Korut.
Namun beberapa orang mungkin melihat ini sebagai provokasi tingkat rendah dari pemerintahan Pyongyang, mungkin juga untuk ‘cek ombak’ demi melihat reaksi apa yang akan mereka dapat dari dunia internasional.
Masalahnya, Korea Utara sekali lagi membuktikan bisa mengembangkan senjata baru dan berbahaya meski dikenai sanksi internasional yang ketat. Rudal jelajah ini terbang rendah dan sulit dideteksi, dan jangkauan 1.500 km akan menempatkan sebagian besar wilayah Jepang dalam jangkauan.
Media pemerintah juga menggambarkan rudal ini sebagai “senjata strategis” yang biasanya berarti bahwa rezim pemerintahan berharap untuk bisa menempatkan hulu ledak nuklir di atasnya. Kepala sekretaris kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan “Jepang memiliki keprihatinan yang signifikan” dan bekerja sama dengan AS dan Korea Selatan untuk memantau situasi.
Sementara itu, militer AS menyebutkan tes tersebut menunjukkan “fokus berkelanjutan Korut pada pengembangan program militernya”. AS juga menambahkan bahwa pihaknya komitmen membela sekutunya, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang tetap kuat.
Kantor berita resmi Korsel melaporkan, militer di negaranya juga melakukan analisis mendalam tentang peluncuran rudal tersebut dengan otoritas intelijen AS. Karenanya, pejabat tingkat tinggi dari tiga negara (AS, Jepang, Korsel) akan bertemu pekan ini untuk membahas proses denuklirisasi Korut. (*)
Komentar