Namun, pertumbuhan tersebut tidak akan cukup untuk membuat Threads menjadi alternatif Twitter yang tahan uji waktu. Aplikasi ini juga harus menunjukkan bahwa mereka dapat membuat pengguna ‘betah’.
Diketahui, Twitter terkenal sebagai ‘tempat pertama kali berita muncul’ yang sering digunakan oleh jurnalis, politisi, dan akademisi. Namun, Threads milik Meta dapat memiliki audiens yang jauh lebih luas dan fokus karena terhubung dengan Instagram, yakni aplikasi platform berbasis visual.
Selain itu, Meta telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi konten politik di Facebook. Jika turut diterapkan di Threads, hal tersebut akan membedakannya dari Twitter.
“Pencari berita dan pengguna setia Twitter kemungkinan tidak akan beralih ke Twitter. Meta perlu menjaga Threads agar tetap menarik untuk mempertahankan momentum setelah kebaruan hilang,” tulis Enberg.
“Tidak dapat dipastikan bahwa orang akan menggunakan Threads untuk mengikuti berita dan peristiwa dunia, seperti yang mereka lakukan di Twitter. Budayanya akan berbeda, tetapi itu bisa menjadi keuntungan bagi Meta,” imbuh Enberg.
“Bahkan, pengguna Twitter paling aktif yang sudah muak dengan kekacauan terus-menerus dan perubahan seadanya akan membuat Threads menjadi jeda yang menyenangkan,” lanjutnya.
Meskipun demikian, banyak politisi sudah mendaftar untuk layanan ini. Axios melaporkan bahwa pada Kamis malam, lebih dari seperempat dari 535 anggota Kongres sudah membuat akun, serta setengah lusin kandidat presiden dari Partai Republik dan ajudan utama Gedung Putih.
Selain itu, pengiklan yang terbiasa bekerja dengan Meta juga mungkin akan menyambut alternatif untuk Twitter, terutama jika mereka menganggapnya lebih aman bagi merek mereka. Perusahaan mengatakan bahwa pedoman komunitas Instagram juga akan berlaku untuk Threads. (rdr)