Heboh Ribuan WNI Jadi WN Singapura, Ini Dua Faktor Pendorongnya

Tercatat di tahun 2021, 1070 WNI pindah menjadi warga negara Singapura, sementara tahun 2022 sebanyak 1091 orang dilaporkan hijrah ke Singapura.

Ikon negara Singapura. (dok. istimewa)

Ikon negara Singapura. (dok. istimewa)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Sepanjang tahun 2022, lebih dari 1.000 warga negara Indonesia (WNI) memilih untuk beralih kewarganegaraan Singapura. Jumlah ini meningkat dari data tahun sebelumnya.

Tercatat di tahun 2021, 1070 WNI pindah menjadi warga negara Singapura, sementara tahun 2022 sebanyak 1091 orang dilaporkan hijrah ke Singapura.

Tren perpindahan status kewarganegaraan tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja. Ini mengingat, Indonesia juga membutuhkan intelegensi anak bangsa untuk mengelola sumber daya alam yang melimpah.

Pengamat Hubungan Internasional Central China Normal University (CCNU), Wuhan, Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri menilai, tren itu mesti menjadi refleksi bagi pemerintah untuk “berbenah” di sejumlah sektor.

“Fenomena ini menjadi fenomena tersendiri bagi WNI yang pernah merasakan kuliah dan mengembangkan kelimuannya di luar negeri.”

“Satu sisi, keilmuan mereka lebih diapresiasi daripada di dalam negeri yang mungkin selain dari tingkat kesejahteraan, fasilitas yang untuk mengembangkan keilmuan mereka di Indonesia masih cukup kurang,” katanya dilansir dari NU Online, Sabtu.

Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok itu melihat beberapa faktor pendorong WNI memutuskan untuk pindah kewarganegaraan Singapura.

Pertama, menurutnya, potensi untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik membuat seseorang mantap beralih kewarganegaraan.

“Fasilitas di luar negeri cukup menggiurkan bagi yang punya potensi dan bisa mengembangkan diri di luar negeri,” tutur Direkrot Sino-Nusantara Insitute tersebut.

Kedua, Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu menilai, faktor pendidikan juga menjadi salah satu alasan perpindahan kewarganegaraan seseorang.

Utamanya bagi mereka yang sempat mengenyam pendidikan di luar negeri. Lingkungan ilmiah yang lebih stimulatif yang mendorong kuatnya inovasi dan penelitian tampak menggiurkan bagi sebagian orang.

“Misalnya, mereka melakukan pengembangan diri melalui riset, tapi apresiasi kemampuan dari lulusan luar negeri di sini masih cukup kurang.”

“Sehingga, tantangan bagi pemerintah adalah bagaimana caranya talenta ini diberikan ruang gerak atau tempat untuk pengembangan karir mereka,” jabar kandidat doktor Hubungan Internasional CCNU Wuhan itu. (rdr)

Exit mobile version