Politisi PDI Perjuangan yang juga anggota Komisi VI Aria Bima mengaku tak ingin perdebatan drakor ini diperpanjang. Dia juga tak mau menyalahkan koleganya Andre Rosiade yang dianggapnya adik. Karena, kritik dari orang-orang seperti Andre masih sangat penting untuk membangun kebersamaan di Indonesia.
“Saya melihat ada dua hal yang berbeda dalam kemarahan Bu Risma di Sragen dan beberapa daerah lainnya soal pemblokiran dana bansos. Yang dimarahinya adalah lambannya proses dana yang sudah dalam audit BPK, bukan yang belum. Jadi, Bu Risma tak marah karena dana bansos yang ‘pura-pura’ diblokir, tapi hal lain. Soal marah-marah, memang Risma gaya kepemimpinannya seperti itu sejak jadi Wako Surabaya,” kata Aria Bima.
Sementara Faldo Maldini mengaku tidak ingin terjebak dalam polemik pencitraan atau drakor yang disebutkan dalam tema acara. “Kita semua pasti sudah tahu bagaimana Bu Risma, dia memang sering emosional dalam hal-hal teknis. Ya sejak dari Surabaya seperti itu. Yang penting adalah, pekerjaannya tuntas hasilnya baik. Apalagi sudah lebih 97 persen dana bansos ini tersalurkan,” kata politisi PSI ini.
Pakar komunikasi politik Prof Tjipta Lesmana menyebutkan, kemarahan Risma ini sudah berlebihan dan harus dievaluasi. Apalagi dalam budaya ketimuran, cara menegur orang apalagi bawahan bukan seperti itu. “Kalau kita mau memarahi bawahan, jangan di depan umum. Itu tidak betul. Marahi di ruang kerja atau di tempat yang tidak ada orang lain,” kata Tjipta. (*/rdr)