Hal itu menjadi perhatian pemerintah, tutur Presiden, agar lapangan kerja yang ada dapat dimaksimalkan oleh SDM dalam negeri. Dengan begitu, dapat berpengaruh terhadap produktivitas nasional.
“Kami juga me-reskilling dan upskilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Pra-Kerja,” kata Jokowi
Kebutuhan pelatihan dapat disesuaikan dengan pengembangan sektor ekonomi baru yang membutuhkan keahlian dan keterampilan baru dari SDM dalam negeri. Seperti dalam sektor pengembangan ekonomi baru hilirisasi industri.
Transfer teknologi dalam hilirisasi sangat memerlukan pelatihan untuk mengoptimalkan pengolahan sumber daya alam (SDA). Sehingga, mendapatkan nilai tambah bagi Indonesia.
“Saya ingin tegaskan, Indonesia tidak boleh seperti itu. Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber dayanya, mampu memberikan nilai tambah, dan menyejahterakan rakyatnya. Itu bisa kita lakukan melalui hilirisasi,” katanya.
Presiden meyakini, langkah strategis yang telah dilakukan dalam membangun SDM dapat mengoptimalkan peristiwa bonus demografi 2030 menjadi akeselator dalam meraih Indonesia Emas 2045.
Sehingga, 68 persen usia produktif Indonesia di masa mendatang dapat meningkatkan produktivitas nasional secara signifikan.
Jadi, seluruh elemen masyarakat harus dapat saling berkolaborasi dalam mendukung peluang tersebut.
“Kita mau memfokuskan energi kita untuk bergerak maju, atau justru membuang energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif,” tutur Presiden. (rdr/ip)