Oleh : Sentot Prayitno – Pemerhati Sepakbola
Pada musim 1998/1999, AC Parma yang saat ini bermain di Seri-B Italia, pernah berjaya di kompetisi eropa saat menjuarai UEFA Winners Cup.
Salah satu kunci sukses I Gialloblu saat itu adalah berkat peran sang pelatih Alberto Malesani.
Alberto Malesani dikenal gemar memakai formasi 3-4-1-2.
Ketika itu AC Parma memiliki pemain belakang berkualitas yakni Lilian Thuram, Nestor Sensini dan Fabio Cannavaro, ditambah sang penjaga gawang Gianluigi Buffon.
Kemudian keberadaan Hernan Crespo dan Enrico Chiesa semakin mendukung ide Alberto Malesani untuk menerapkan formasi dengan 2 pemain nomor 9 ini.
Untuk menopang 2 striker haus gol ini, AC Parma kemudian membeli Juan Sebastian Veron dari Sampdoria.
Juan Sebastian Veron kala itu menjadi salah satu pemain nomor 10 terbaik dengan kemampuannya dalam membaca permainan, akurasi umpannya yang bagus serta kualitas individunya yang luar biasa.
Maka kehadiran Veron melengkapi puzzle Malesani untuk menerapkan formasi andalannya 3-4-1-2 di AC Parma.
Seorang pelatih boleh saja menyukai sebuah pakem formasi tertentu. Apakah itu 4-3-3, 4-2-3-1 atau 3-5-2.
Akan tetapi setiap formasi tentu mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Formasi tersebut akan sukses diterapkan apabila didukung dengan pemain-pemain yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan formasi tersebut.
Gayung bersambut buat Alberto Malesani karena dia datang kesebuah tim yang memiliki karakteristik pemain yang sesuai dengan formasi kegemarannya 3-4-1-2.
Dengan beberapa penambahan pemain yang sesuai dengan kelebihan formasi tersebut, maka Alberto Malesani mendapatkan kesuksesan di tim barunya.
Selain Winners Cup, Malesani juga sukses mempersembahkan trophy Coppa Italia dan Piala Super Italia untuk AC Parma di awal masa kepelatihanya di AC Parma.
Namun ada kalanya sebuah pakem formasi andalan seorang pelatih tidak berjalan sesuai rencana ketika para pemain gagal mengaplikasikan ide pelatih atau pemain yang memang sedang under perform.
Untuk mengatasi masalah tersebut tentu perlu sebuah plan B. Plan B yang tentunya dengan mengakomodir pemain2 yang sedang top perform.
Dan untuk mengakomodir pemain2 yang sedang top perform tersebut, maka bisa saja akan merubah pakem formasi utama.
Lalu untuk menjawab judul tulisan ini, apakah formasi 3-4-1-2 cocok diterapkan di SPFC…???
Maka saya akan mengutip kata-kata yang sering diucapkan papa Heryandi Djahir
“ANTALAH YUANG”
🤣🤣🤣🤣
Itu saja…
Pic 2 hanya pemanis…
BERSAMBUNG !!!