Komisi yang terdiri atas 22 profesional hukum, dokter, sejarawan, sosiolog dan teolog ini bertugas menyelidiki dugaan-dugaan pelecehan seksual terhadap anak oleh para rohaniwan Gereja sejak tahun 1950-an. Ketika mulai bekerja, komisi ini meminta pernyataan saksi-saksi dan membuat hotline telepon, kemudian dilaporkan menerima ribuan pesan dalam beberapa bulan.
Laporan komisi independen ini akan diserahkan kepada CEF dan CORREF, dan dirilis secara resmi dalam konferensi pers pada Selasa (5/10) waktu setempat di mana asosiasi perwakilan korban turut diundang untuk hadir. “Ini tidak akan mudah untuk siapapun,” ucap sosiolog yang menjadi anggota komisi ini, Philippe Portier.
“Itu akan memiliki efek seperti bom,” imbuh Olivier Savignac dari asosiasi korban, Parler et Revivre.
Sauve menyatakan pada November tahun lalu bahwa penanganan kasus dugaan pedofilia ‘di masa lalu seringkali salah’. Dia menyebut bahwa ‘sangat serius bahwa mungkin ada beberapa institusi dan sejumlah komunitas, dalam jumlah kecil, di mana pelanggaran sistemik bisa dilakukan’.
Namun, dalam kebanyakan kasus, penuntutan tidak dilakukan karena pelanggaran terjadi melampaui statuta limitasi Prancis, dan masih belum jelas apa tindakan yang akan diambil pihak Gereja Katolik terhadap para pelaku.
Laporan ini diharapkan akan dipelajari secara saksama oleh Vatikan, di mana isu ini diangkat oleh Paus Fransiskus pada September lalu saat bertemu para Uskup Prancis. “Saya mengharapkan bahwa kita dipaksa untuk menghadapi beban ini, sesuram apapun, agar kita bisa mengambil tindakan yang diperlukan,” cetus Sauve. (detik.com)