Gus Yahya menegaskan, GKMNU merupakan kegiatan di tingkat desa yang diikuti keluarga-keluarga dengan materi yang menjadi hajat keluarga, mulai dari keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain.
Setiap pekan, terdapat kegiatan serentak dari GKMNU di sekurang-kurangnya 500-2000 desa, melibatkan 7 orang petugas yang disebut sebagai satgas.
Saat ini, jaringan satgas GKMNU sudah tersebar di tiga provinsi yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan rencana pengembangan lebih lanjut.
“Dua minggu yang lalu kita mulai dengan Jawa Barat dan baru minggu kemarin kita lakukan simultan juga dengan Banten dan akan terus kita kembangkan,” tutur dia.
“Kami ingin NU kembali terlibat secara langsung dengan manusia-manusia. Kader NU harus terbiasa berpikir tentang khidmah NU untuk manusia, bukan hanya untuk angka-angka. Ini fundamental sekali dan harus menjadi model aktivisme NU,” tambahnya.
Gus Yahya menekankan bahwa GKMNU bukan hanya sekadar kegiatan, tetapi juga bagian dari upaya NU untuk memiliki kapasitas sebagai pemain strategis dalam berbagai sektor.
Tidak hanya sebagai penerima pasar industri atau politik. Ini dianggap penting untuk memastikan masa depan NU sebagai organisasi yang relevan dan progresif.
“Kita harus memenangkan genuine aspiration dari masyarakat dengan menginternalisasi mindset untuk melihat masyarakat sebagai manusia-manusia. Pemikiran tentang masa depan ini harus menjadi agenda utama,” pungkas Gus Yahya. (rdr/nu)