Jangan Biarkan Anak Berlama-lama dengan Gadget, Begini Dampaknya pada Mata Anak!

"Studi menunjukkan, 36 hingga 92,2 persen anak usia 1 sudah terpapar dan berinteraksi dengan perangkat seluler"

Ilustrasi anak bermain gawai. (net)

Ilustrasi anak bermain gawai. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Penggunaan gadget atau gawai merupakan sebuah hal yang kini tak bisa dilepaskan baik oleh orang dewasa atau anak-anak. Baik untuk belajar, bekerja, atau juga untuk bersantai, gawai kerap digunakan bahkan kerap hingga berlebihan.

Dokter mata konsultan RS Mata Cicendo Bandung, Feti Karfiati Memed menjelaskan terkait penggunaan gawai pada anak dan remaja serta dampaknya bagi kesehatan mata. Menurutnya, di masa pandemi COVID-19 anak menjadi lebih akrab dengan pengguanaan gawai seperti ponsel pintar dan komputer untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Bahkan, sebelum pandemi pun anak-anak di masa kini sudah banyak yang mengenal gawai. Yang tanpa disadari anak jadi berisiko mengalami Computer Vision Syndrome.

“Studi menunjukkan, 36 hingga 92,2 persen anak usia 1 sudah terpapar dan berinteraksi dengan perangkat seluler. Kemudian, penelitian di Inggris menunjukkan 51 persen bayi umur enam hingga 11 bulan rutin menggunakan gawai layar sentuh,” kata Feti beberapa waktu lalu.

Studi lainnya menunjukkan bahwa 95 persen remaja memiliki akses ponsel pintar dan 24-45 persennya selalu daring. Studi Lenhart pada 2015 itu juga menunjukkan 50 persen remaja tergantung pada ponsel pintar. “Sebagian besar remaja memiliki ponsel pintar dan 76 persen menggunakan minimal 1 media sosial,” katanya

Efek yang Muncul

Feti menambahkan, penggunaan gawai yang berlebihan pada anak dapat memicu terjadinya computer vision syndrome.

Kondisi ini ditandai dengan sindroma mata kering yakni:

Selain computer vision syndrome, penggunaan gawai yang berlebihan juga dapat memicu efek jangka panjang terhadap kesehatan mata. Efek jangka panjang itu berupa mata minus dan degenerasi makula. Dengan mata minus, anak jadi harus berkacamata atau mengalami penambahan minus yang cepat bagi yang sudah berkacamata.

Sedang, degenerasi makula terjadi ketika bagian retina yang paling peka terhadap cahaya menjadi mudah rusak diduga akibat paparan sinar biru berlebihan. “Mata anak masih tumbuh dan berkembang sampai usia 18. Kesehatan mata anak perlu dijaga karena kelainan pada masa perkembangan mata akan berpengaruh seumur hidup,” kata Feti.

Untuk mencegah terjadinya kerusakan mata, Feti menyarankan penerapan 20-20-20. Yakni, setiap 20 menit menatap layar monitor anak perlu istirahat selama 20 detik. Istirahat mata dapat dilakukan dengan cara menatap benda yang jaraknya 20 kaki (6 meter). (liputan6.com)

Exit mobile version