Indonesia akan Punya Sistem Deteksi Gempa dan Tsunami Lokal

Saat ini BMKG mendapat dukungan sistem processing gempa bumi dan tsunami, bahwa selama 15 tahun ini sistem processing ini masih license made in bukan dari Indonesia.

Tangkapan layar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers "Prakiraan Awal Musim Kemarau 2023 dan Perkembangan Kondisi Cuaca di Wilayah Indonesia" secara daring di Jakarta, Senin (6/3/2023). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)

Tangkapan layar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers "Prakiraan Awal Musim Kemarau 2023 dan Perkembangan Kondisi Cuaca di Wilayah Indonesia" secara daring di Jakarta, Senin (6/3/2023). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut Indonesia akan memiliki Sistem Processing Gempa bumi dan Tsunami Merah Putih dalam 5 Tahun.

Dwikorita awalnya menceritakan bagaimana pentingnya pengetahuan dalam penanganan gempa bumi dan tsunami. Menurutnya, hal tersebut yang menjadi latar belakang kehadiran konsorsium Gempa bumi dan Tsunami Indonesia (KGTI).

Dia menyebut setiap lembaga dan perguruan tinggi yang menjadi anggota konsorsium memiliki aktivitas dan kekuatan, sehingga sinergi antara anggota-anggota ini bisa mejnadi kekuatan secara nasional atau bahkan kekuatan global.

Salah satu hasil dari kehadiran konsorsium ini adalah Sistem Processing Gempa bumi dan Tsunami Merah Putih yang direncanakan rampung dalam 5 tahun.

“Saat ini BMKG mendapat dukungan sistem processing gempa bumi dan tsunami, bahwa selama 15 tahun ini sistem processing ini masih license made in bukan dari Indonesia,” ujar Dwikorita dalam webinar Kupas Tuntas Gempa Sumedang pada Kamis (11/1/2024).

“Presiden mengingatkan untuk menguatkan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), dan berkat konsorsium gempa bumi dan tsunami insyaallah dalam beberapa tahun, insyaallah 5 tahun itu segera memiliki sistem processing Merah Putih,” lanjutnya.

Pada 2022, Dwikorita mengungkap pihaknya tengah mengembangkan Sistem Processing InaTEWS Merah Putih. Ini merupakan penyempurnaan dari sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang telah berproses saat ini.

Untuk mengembangkan sistem tersebut, BMKG membentuk KGTI. Konsorsium tersebut berisi para pakar dan peneliti gempabumi dan tsunami dari berbagai Kementerian/Lembaga terkait, Perguruan Tinggi, dan praktisi kebencanaan.

Melansir laman BMKG, KGTI dibagi dalam tiga kelompok kerja yaitu, kelompok kerja gempabumi; kelompok kerja tsunami; dan kelompok kerja evaluasi dan pengembangan/penguatan sistem monitoring, analisis, dan diseminasi gempabumi dan tsunami.

Secara umum, tugas utama KGTI adalah mendukung pengembangan InaTEWS, memberikan evaluasi, dan rekomendasi terhadap sistem operasional monitoring gempabumi dan peringatan dini tsunami di BMKG.

“Salah satu inovasi yang ditelurkan konsorsium gempabumi dan tsunami ini adalah Sistem Processing Gempabumi dan Tsunami Merah Putih,” ujar Dwikorita saat itu.

“Sistem ini akan menjadi sistem processing yang handal karya anak bangsa menggantikan sistem processing gempabumi dan tsunami yang dioperasikan saat ini,” lanjutnya.

Dwikorita menyebut sistem ini diharapkan lebih cepat dan akurat soal peringatan dini bencana. Meskipun saat ini keandalan InaTEWS sudah setara dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang dioperasikan oleh negara-negara maju.

“Dengan lompatan teknologi yang akan dibangun bersama oleh Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia diharapkan akan diwujudkan informasi peringatan dini yang lebih cepat, lebih tepat, dan lebih akurat,” tutupnya. (rdr/cnnindonesia)

Exit mobile version