Pilkada Nias 2024, Ini Makna ‘AFO’ bagi Paslon Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai

Gema AFO (sia mbowo) menjadi pusat perhatian, apalagi dengan munculnya pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Nias yang penuh semangat, Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai.

Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai (tengah) saat mendaftar ke KPU Kabupaten Nias, Sumatera Utara (Sumut), Jalan Pancasila No 29A Hiliweto Gidö, Kamis (29/8/2024). (dok. Kariadil Harefa/RadarSumbar)

Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai (tengah) saat mendaftar ke KPU Kabupaten Nias, Sumatera Utara (Sumut), Jalan Pancasila No 29A Hiliweto Gidö, Kamis (29/8/2024). (dok. Kariadil Harefa/RadarSumbar)

NIAS, RADARSUMBAR.COM – AFO bukan sekadar akronim nama Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai, melainkan terdapat makna dibalik hadirnya tagline #AFO yang sedang tren di tengah masyarakat Kabupaten Nias. Pasangan ini siap meramaikan Pilkada Nias 2024.

Afo merupakan kata dalam bahasa daerah Nias, yang artinya Sirih dalam artian Bahasa Indonesia. Lalu seperti makna #AFO dari kedua tokoh masyarakat Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai yang kini sedang bergandengan sebagai bakal pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Nias untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.

Gema AFO (sia mbowo) menjadi pusat perhatian, apalagi dengan munculnya pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Nias yang penuh semangat, Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai pada Pilkada Nias 2024 ini.

Dengan mengusung tagline #AFO, pasangan ini menghadirkan visi yang mengakar pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Nias. Yang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik tetapi juga pada pemberdayaan sosial dan pelestarian budaya.

Menggambarkan untuk membawa Kabupaten Nias, Sumatera Utara menuju masa depan (generasi emas) yang lebih cerah, sembari tetap memegang erat tradisi yang diwariskan oleh leluhur.

Saat bertandang ke rumah Alinuru Laoli di Dusun 1, Desa Lolozasai , Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, tak lupa ia menyuguhkan Sirih atau Afo yang terdapat dalam Bola Nafo (tempat/kantong sirih).

Kendati sudah era modern, ternyata penggunaan Sirih di Kepulauan Nias belum punah sejak muncul dari kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, khususnya dari wilayah India dan Sri Lanka.

Hingga kemudian tanaman Sirih atau Afo menyebar ke berbagai negara di Asia, termasuk ke Indonesia, melalui perdagangan dan migrasi lalu menjadi integral dari berbagai budaya lokal, termasuk Pulau Nias, Sumatra, Jawa, Bali, dan banyak tempat lainnya di Indonesia.

Kenapa AFO? Alinuru Laoli menjawab, kalau anak muda tak boleh melupakan tradisi nenek moyang, yang penggunaannya telah lama ada di Nias.

“Sirih itu bukan sekadar tanaman lalu kita kunyah, tapi tersirat simbol persatuan, penghormatan, dan komunikasi yang harmonis,” cakap Alinuru Laoli.

Bukan hanya itu saja, sambung Alinuru. Sirih itu punya nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat, “Kalau orang tua terdahulu mereka sangat meyakini bahwa mengunyah ‘Afo’ mampu menjaga keseimbangan antara dunia manusia dengan dunia roh leluhur,” tutur Alinuru.

“Hal ini mencerminkan betapa sirih menjadi bagian integral dari kehidupan sosial, spiritual, dan budaya di Kabupaten Nias,” sambungnya lagi.

Lalu apa relevansi Afo dalam pemerintahan? Menurut Alinuru Laoli, ini bukan sekadar tagline atau mempopulerkan simbol tersebut. Akan tetapi, membawa kembali nilai-nilai yang terkandung dalamnya ke pemerintahan Kabupaten Nias.

“Saya dan Pak Faozanolo Zai percaya bahwa seperti sirih, mampu menyatu. Membawa kami menjadi pemimpin yang mempersatukan masyarakat Nias dalam harmoni kebersamaan,” ungkapnya.

Selain itu menunjukkan bahwa bakal menjalankan pemerintahan dengan prinsip-prinsip yang serupa dengan filosofi sirih, yaitu transparansi, kesetaraan, dan keadilan.

Selalu membuka diri untuk berdialog dengan masyarakat, menerima masukan, dan mengambil keputusan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, yang secara bersama-sama membangun melalui peranan masing-masing.

“Kami menyadari bahwa pelestarian budaya lokal merupakan hal yang penting dalam membangun identitas dan kebanggaan daerah. Kami berencana untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya Nias ke dalam program-program pembangunan yang akan kami jalankan,” ucapnya.

Misalnya, mendorong penggunaan simbol-simbol budaya lokal dalam kegiatan pemerintahan terkhusus sektor ekonomi, serta mendukung upaya pelestarian bahasa dan tradisi Nias melalui pendidikan dan kebudayaan.

Itulah rencana besar Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dengan mengedepankan pendekatan berbasis budaya.

Filosofi sirih (Afo) yang penuh dengan semangat kebersamaan dan penghormatan ini akan mereka terapkan dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

Sebelumnya Alinuru Laoli dan Faozanolo Zai resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Nias, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (29/8/2024). Berkas kedua bakal pasangan calon bupati dan wakil bupati Nias itu menurut KPU Nias telah lengkap.

“Berkas mereka lengkap dan saat ini sedang dalam proses penelitian. Kami juga sudah mengeluarkan surat pengantar untuk tes kesehatan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan untuk pemeriksaan kesehatan, terhitung 31 Agustus – 1 September 2024,” kata Dedi K Bate’e, Kordiv Hukum dan Pengawasan KPU Nias. (rdr-tanhar)

Exit mobile version