Pembelian tiket melalui aplikasi Access by KAI dapat dilakukan sejak H-7 keberangkatan.
Sehingga, calon pelanggan yang memiliki rencana menggunakan KA dapat jauh-jauh hari membeli tiket tanpa takut kehabisan.
KAI juga masih menyediakan loket untuk penjualan tiket yang dibuka tiga jam sebelum keberangkatan KA, dengan catatan jika tiket masih tersedia.
“KAI akan terus melakukan perbaikan-perbaikan di seluruh lini guna meningkatkan pelayanan bagi pelanggan serta keselamatan perjalanan kereta api. Dengan upaya peningkatan kualitas secara kontinyu ini, kami berharap kereta api dapat menjadi pilihan utama masyarakat dalam melakukan perjalanan,” katanya.
Sementara untuk angkutan barang, pada periode Januari hingga Juli 2024, KAI Divre II Sumbar mengangkut 1.171.090 ton barang, meningkat 11 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 sebanyak 1.052.570 ton barang.
“Pertumbuhan angkutan barang tersebut ditopang oleh adanya penambahan frekuensi perjalanan dan rute, serta penambahan gerbong dalam satu rangkaiannya. Hal ini sebagai dampak terus meningkatnya permintaan pelanggan atas angkutan barang menggunakan kereta api,” katanya.
Saat ini, KAI Divre II Sumbar melayani komoditas semen curah dan klinker, dengan total angkutan masing-masing 769.140 ton dan 401.950 ton dalam kurun Januari hingga Juli 2024.
Dari sisi ketepatan waktu keberangkatan ataupun kedatangan kereta api barang di Divre II Sumbar, juga mengalami peningkatan performa.
Dalam kurun Januari hingga Juli 2024, tingkat ketepatan waktu keberangkatan kereta api barang mencapai 85,3 persen, meningkat dibanding Januari hingga Juli 2023 yakni 78,3 persen.
Adapun tingkat ketepatan waktu kedatangan kereta api barang pada Januari hingga Juli 2024 mencapai 85,2 persen, meningkat dibanding Januari hingga Juli 2023 yakni 78,1 persen.
Angkutan barang menggunakan kereta api memiliki berbagai keunggulan seperti ketepatan waktu, keamanan, kapasitas besar, bebas pungutan liar, dan dikelola oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional.
“Angkutan barang KAI hadir untuk dapat mendukung biaya logistik yang kompetitif dan mengurangi dampak eksternalitas seperti kemacetan, polusi, jalan-jalan yang rusak, serta meningkatkan daya saing global,” tuturnya. (rdr)