Untuk kinerja perbankan syariah, dari sisi aset, DPK dan penyaluran pembiayaan masih menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Aset perbankan syariah Sumbar tumbuh sebesar 15,41 persen (yoy) menjadi sebesar Rp10,44 triliun.
Dengan penghimpunan DPK meningkat sebesar 14,89 persen (yoy) menjadi sebesar Rp9,93 triliun dan penyaluran pembiayaan tumbuh 25,48 persen (yoy) menjadi sebesar Rp8,99 triliun. Risiko pembiayaan juga masih terjaga dengan rasio NPF 1,74 persen, dan rasio FDR 90,57 persen.
Kinerja BPR juga tumbuh dengan baik. Aset tumbuh 7,35 persen (yoy) menjadi sebesar Rp2,58 triliun, penghimpunan DPK tumbuh 3,70 persen (yoy) menjadi sebesar Rp1,91 triliun. Sedangkan penyaluran kredit/pembiayaan meningkat 10,48 persen (yoy) menjadi sebesar Rp1,99 triliun, dengan 70,51 persen merupakan kredit/pembiayaan bagi UMKM. Risiko kredit/pembiayaan terjaga dengan rasio NPL/NPF 8,38 persen, dan rasio LDR/FDR 104,13 persen.
Pada industri Pasar Modal, jumlah Single Investor Identification (SID) terus tumbuh. Pada posisi Februari 2024, total SID berjumlah 176.150 investor, yang tumbuh sebesar 17,93 persen (yoy). Dari total SID tersebut, SID saham mencapai 78.738 investor, tumbuh sebesar 22,18 persen (yoy), dengan total nilai transaksi s.d. Februari 2024 adalah sebesar Rp1,58 triliun.
Sedangkan jumlah SID Reksa Dana adalah 166.603 investor, SID Surat Berharga Negara (SBN) berjumlah 7.264 investor, dan SID Efek Beragunan Aset (EBA) berjumlah 3 investor. (rdr/mc)