PADANG, RADARSUMBAR.COM – Financial Planner Oneshildt, Budi Raharjo menyampaikan beberapa tips untuk menyusun resolusi keuangan yang baik. Pertama yang harus dilakukan adalah simulasikan atau hitung berapa nilai aset yang ada, seperti uang tunai, tabungan dan deposito, nilai tunai asuransi, saham, reksadana, emas, rumah tinggal dan perabotannya nilainya berapa, kendaraan dan lain-lain.
Kemudian yang kedua, simulasikan utang yang diiliki seperti kartu kredit, kredit tanpa anggunan, kredit koperasi, kredit rumah, kredit kendaraan dan lain sebagainya “Nah, dari kedua simulasi itu, akan diketahui berapa kekayaan bersih yang kita miliki,” ujar dan penulis buku “Mendadak Hemat Saat Kepepet (2015)” itu.
Setelah kekayaan bersih dapat dihitung, kata Budi, maka langkah pertama untuk melakukan resolusi keuangan adalah dengan cara menghitung berapa pemasukan tiap bulan dan berapa biaya pengeluaran tiap bulannya. Untuk menghitung biaya pengeluaran, saat sudah banyak tersedia berbagai aplikasi.
“Dari penghitungan biaya pemasukan dan biaya pengeluaran tiap bulannya, maka kita akan tahu status kesehatan keuangan kita, seperti rasio dana darurat, rasio tabungan kita berapa, dan rasio cicilan utang kita berapa,” ujarnya.
Setelah rasio didapat, sebut Budi, kemudian buatlah perencanaan keuangan, karena resolusi tidak lengkap tanpa rencana dan tindakan. Selanjutnya, monitor hasilnya per kuartal. Namun yang paling penting, jadikanlah resolusi keuangan sebagai prioritas paling awal.
“Ini menjadi prirotas setiap menerima uang atau gaji. Dan ini harus menjadi kebiasaan, supaya kondisi keuangan kita sehat. Kalau keuangan sehat, maka akan berdampak baik terhadap spritual kita, emosi kita, fisik kita, termasuk kepada intelektual, keluarga dan karir kita,” bebernya.
Terkait dana darurat, Budi menyebut bahwa itu sangat urgent sekali, karena dana darurat merupakan dana yang dialokasikan terpisah untuk menutupi kebutuhan yang sifatnya penting dan mendesak. Jika tidak diatasi akan berdampak signifikan terhadap kualitas atau kelangsungan hidup seseorang.
“Nah, dana darurat ini penting sekali. Karena jika terjadi hal yang mendesak, dan kita sama sekali tidak menyediakan dana darurat, maka keuangan kita semakin memburuk. Dan, yang akan merasakan dampaknya bukan hanya kita sebagai kepala keluarga, tapi juga keluarga kita, terutama istri dan anak-anak kita,” tutur Budi.
Menurut survei katadata, hanya 30 persen masyarakat Indonesia memiliki dana darurat. Dari jumlah tersebut, hanya 30 persen yang memiliki dana darurat memadai untuk 6 bulan, dan sisanya hanya memadai untuk 3 bulan, 2 bulan dan bahkan 1 bulan.
Untuk dapat memenuhi dana darurat, Budi menyebut ada tiga langkah yang bisa dilakukan. Pertama, hitung dana darurat yang dibutuhkan. Kedua, simpan dana darurat di instrumen invesitasi likuid dan rendah resiko. Dan ketiga, kumpulkan secara bertahap.
“Dana darurat disisihkan sesuai dengan pendapatan dan pengeluaran. Mulai dari 20 persen dari total pendapatan kita tiap bulan. Kalau status masih lajang, bisa 50 persen dari total pendapatan tiap bulannya,” tutup Budi. (rdr)