Buat Nota Kesepahaman dengan Semen Padang, Gubernur Mahyeldi: Ada Potensi Besar di Hutan Sumbar

Nota kesepahaman bersama ini dilakukan, karena hutan sosial di Sumbar lebih kurang 236.000 Hektar luasnya.

Gubernur Mahyeldi Ansharullah dan Plt.Dirut PT Semen Padang Asri Mukhtar tampak akrab menjelang acara penandatanganan nota kesepahaman bersama tentang Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan, di Wisma Indarung, Senin (28/3/2022).

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan, nota kesepahaman bersama ini diprakarsai oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumbar dengan PT Semen Padang bersama Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) Sumbar.

Nota kesepahaman bersama ini dilakukan, karena hutan sosial di Sumbar lebih kurang 236.000 Hektar luasnya. Bahkan data BPS tahun 2022 menunjukan bahwa dari 1.159 nagari di Sumbar, 950 nagari berada di dalam sekitar kawasan hutan. Tentunya, hal ini menjadi ancaman terhadap hutan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan kerja sama untuk melatih dan membina masyarakat sekitar hutan agar tidak terjadi eksploitasi terhadap hutan. Karena, banyak masyarakat sekitar hutan menggantungkan hidupnya dari hasil hutan dan itu diakui oleh masyarakat di Sumbar.

Mahyeldi menyebut tidak mungkin masyarakat sekitar hutan dilarang mengambil hasil hutan. Masyarakat sekitar hutan harus diarahkan dan dibina. Apalagi Sumbar, punya hutan sosial seluas 236.000 Ha dengan potensi sekitar 500.000 Ha.

“Melalui kerjasama ini, maka diharapkan masyarakat sekitar hutan bisa memanfaatkan hutan dengan baik, terutama hutan sosial, sehingga hutan tidak rusak, musibah bisa kita kendalikan dan masyarakat bisa mendapatkan penghidupan. Untuk itu, kami menyambut baik kerja sama dengan PT Semen Padang ini,” ujarnya.

Kelompok perhutanan sosial dan kelompok tani hutan di Sumbar ini, katanya melanjutkan, bisa memanfaatkan potensi sekitar hutan. Di antaranya, produk jasa lingkungan pada carbon trading dan eropa saat ini konsen dengan carbon trading ini.

Begitu juga dengan Norwegia yang saat ini juga fokus mengolah sampah organik yang bermanfaat untuk pakan ternak, pupuk organik dan media budidaya magot. “Di Pekanbaru, ada pemodal asing yang investasi untuk magot dan dieskpor. Nah, ini bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan,” bebernya.

Kemudian, sebutnya, juga ada budidaya madu, dan produk pengabungan sektor pertanian dengan kehutanan seperti jengkol, kopi dan manggis. Bahkan, Sumbar menjadi pengekspor manggis terbesar. selain itu, juga ada pengabungan sektor peternakan dan kehutanan, serta sektor perikanan dan kehutanan.

“Jadi, banyak hal yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan, termasuk budidaya tanaman kaliandra yang merupakan energi terbarukan. Namun, butuh kerja sama banyak pihak. Tidak hanya PT Semen Padang saja, BUMN dan perusahaan lain diharapkan juga ikut mendorongnya,” ungkap Mahyeldi. (rdr)

Exit mobile version