“Jadi kepada para leader di BUMN, bahasa asing itu penting, terutama bahasa inggris itu wajib. Saya 14 tahun di luar negeri, bahasa inggris saya masih medok. Itu tak masalah, yang penting pesan itu tersampaikan. Ini PR bangsa kita,” ujarnya.
Untuk mewujudkan mindset global itu, Kementerian BUMN menyiapkan beasiswa keluar negeri untuk para leader. Beasiswa keluar negeri itu bukan hanya untuk kuliah. Para leader harus membangun jaringan atau networking dengan semua orang dari berbagai negara.
“Leader harus siap mental. Jangan mental kita itu selalu inferior (merasa di bawah) ketika ketemu orang asing atau sebutlah orang Singapura. Negara Singapura itu kecil, dan kita harus merasa itu lebih besar dari Singapura,” ujarnya.
Kemudian elemen ketiga, yaitu driving execution. Kata Soleh, di Indonesia sudah cukup orang berwacana dan sudah cukup orang punya strategi korporasi.
Jadi, leader itu harus mampu menjadi eksekutor. Eksekutor itu adalah tangguh memimpin, dan tidak pernah menyerah untuk menyelesaikan tugas dengan tuntas.
“Leader itu dimarahi gak balik kanan, ketemu tembok dia jebol, ketemu pagar dia loncati pagar itu. Mau digunjingkan orang tak masalah.”
“Top leader itu orang yang lahir dari eksekutor tangguh. Menjadi eksekutor itu penting sekali kalau menjadi seorang leader,” ungkap Soleh.
Elemen yang keempat, adalah AKHLAK dan ini menjadi nilai yang diterapkan Kementerian BUMN dalam melayani negeri. AKHLAK sendiri memiliki singkatan Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Masing-masing nilai memiliki penjabarannya sendiri untuk penerapan kode etik dan kode perilaku yang akan diterapkan Kementerian BUMN.
“Untuk itu, para leader tumbuh dari muda barsama-sama dan jangan pernah khianati teman dan jangan pernah khianati coorporation. Artinya, integritas no 1, hormat sama pimpinan dan ikuti arahan pimpinan. Sopan santun itu wajib,” katanya. (rdr)