PAINAN, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat membangun pabrik minyak atsiri untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan warga transmigrasi Lunang-Silaut dan sekitarnya.
Kepala Dinas (Kadis) Perdagangan dan Transmigrasi Mimi Riarty Zainul mengatakan pembangunan merupakan usulan pemerintah kabupaten ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin), mengingat potensinya yang cukup besar di kawasan itu, namun selama ini baru dikelola masyarakat secara sederhana.
“Karena itu kami berinisiatif mengusulkan ke kementerian. Alhamdulillah, usul itu berbuah manis dan telah terealisasi,” ungkapnya usai sosialisasi pelatihan pendampingan dan sertifikasi IKM minyak atsiri DAK non-fisik 2022 di Painan.
Sosialisasi dihadiri Kepala Seksi Industri Dinas Perdagangan dan Transmigrasi Yusmadi Martias, Kepala Seksi Transmigrasi, Ferrianto dan Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Industri Syusiana.
Selain itu Camat Lunang Caryanto dan Camat Silaut Syamwil, calon kelompok tani pemasok bahan baku minyak atsiri dari enam kecamatan yang berada di sekitar wilayah transmigrasi.
Pabrik dengan nilai investasi sebesar Rp4 miliar itu dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Kemenperin yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.
Pembangunan dilakukan di atas lahan seluas lebih kurang 9.960 meter persegi, dengan luas bangunan lebih kurang 1.300 meter persegi di Nagari (desa adat) Lunang Barat Kecamatan Lunang.
Mimi melanjutkan pabrik bisa memproduksi minyak kayu putih, minyak pala dan minyak serei wangi, dengan enam unit tanki suling antara lain 3 unit kapasitas 1.000 liter, 2 unit kapasitas 500 unit dan satu 50 liter.
“Jika tidak ada aral melintang, kegiatan pembangunan bakal rampung pada 31 Desember tahun ini. Semoga semuanya lancar,” tutur Mimi.
Mimi menyampaikan pemerintah kabupaten kini tengah menyiapkan lembaga sebagai pengelola sekaligus penanggungjawab operasional pabrik, sesuai persyaratan dari Kementerian Perindustrian.
Adapun sejumlah opsi yang muncul antara lain Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Koperasi yang dinilai layak dari tim penilai dan memiliki pengalaman di industri sejenis.
Selanjutnya memberi pelatihan penyulingan pada petani dan operator pabrik, sehingga mampu menjadi operator profesional yang bersertifikat sesuai dengan kebutuhan dan mampu menghasilkan produk berkualitas.
“Nanti kami dari pemerintah kabupaten akan carikan operator yang benar-benar mampu. Operator yang berstandar nasional,” sebutnya.
Menurutnya pemerintah kabupaten optimis keberadaan industri pengolahan minyak atsiri mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat transmigrasi Lunang-Siluat dan sekitarnya.
Apalagi minyak atsiri hingga kini masih tercatat sebagai salah satu komoditi penyumbang terbesar dalam struktur ekspor non-migas Sumatera Barat setiap tahunnya.
Berdasarkan ekspor non-migas Ranah Minang yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian periode Januari-April 2022 mencapai USD7,61 juta.
Capaian tersebut terkonfirmasi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar USD7,57 juta.
“Artinya, prospek bisnisnya cukup bagus. Nah, jika selama ini masyarakat mengelola hanya skala rumahan, kini sudah sentranya,” sebut Mimi. (rdr/ant)