Hingga Juni 2022, Transaksi Saham Warga di Sumbar Capai Rp8,8 Triliun

Pada tahun lalu di periode yang sama nilai transaksi mencapai Rp8,3 triliun, pada tahun ini naik menjadi Rp8,8 triliun karena terjadinya peningkatan investor aktif.

Kepala perwakilan Bursa Efek Indonesia Sumbar Early Saputra (Antara)

Kepala perwakilan Bursa Efek Indonesia Sumbar Early Saputra (Antara)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Nilai transaksi saham warga Sumatera Barat di Bursa Efek Indonesia sejak Januari hingga Juni 2022 mencapai Rp8,8 triliun dengan jumlah investor berasal dari provinsi itu mencapai 127.985 orang.

“Pada tahun lalu di periode yang sama nilai transaksi mencapai Rp8,3 triliun, pada tahun ini naik menjadi Rp8,8 triliun karena terjadinya peningkatan investor aktif,” kata Kepala perwakilan Bursa Efek Indonesia Sumbar Early Saputra di Padang, Rabu.

Menurut dia tingginya nilai transaksi saham menunjukkan minat masyarakat untuk menanamkan uang di pasar modal terus meningkat. BEI mencatat terdapat penambahan 21.457 investor baru di Sumbar hingga Juni 2022.

“Ini didukung oleh keberadaan 10 sekuritas dan 17 gerai BEI yang tersebar kampus hingga SMA,” ujarnya.

Ia merinci investor asal Sumbar itu didominasi oleh generasi muda dengan komposisi rentang usia 18-25 tahun 25.473 orang, usia 26-30 tahun 14.584 orang, usia 31-40 tahun 10.784 orang, dan usia 41 tahun ke atas 6.372 orang.

Sementara berdasarkan pekerjaan berasal dari pegawai swasta sebanyak 18.382 orang, pegawai negeri 3.716 orang, ibu rumah tangga 2.119 orang, pengusaha 7.619 orang, pelajar 17.641 orang, TNI/Polisi 177 orang, pensiunan 329 orang, guru 620 orang dan lainnya 6.741 orang.

Dilihat berdasarkan sebaran kota investor terbanyak berasal dari Kota Padang sebanyak 42.688 SID, Kabupaten Agam 10.642 SID, Kabupaten Tanah Datar 8.503 SID, Kabupaten Padang Pariaman 7.657 SID.

Ia menilai ini tidak lepas dari edukasi dan pengawasan yang dilakukan OJK hingga dukungan dari pemerintah yang membuat produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan anak muda.

“Ketika pasar semakin baik, pengawasan ketat maka orang akan semakin percaya bursa akan semakin antusias,” katanya.

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan terus berupaya meningkatkan akses keuangan masyarakat dalam rangka mewujudkan tercapainya inklusi keuangan sehingga publik dapat menggunakan layanan yang disediakan industri jasa keuangan.

“Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2019 indeks literasi keuangan warga Sumbar baru 34,55 persen dan indeks inklusi keuangan baru 66,75 persen atau sedikit di atas Jambi dan jauh di bawah Sumatera Utara yang telah mencapai 93 persen,” kata Kepala OJK Sumbar Yusri.

Menurut dia perlu komitmen bersama semua pihak termasuk pelaku industri jasa keuangan untuk meningkatkan inklusi keuangan di Sumbar karena target nasional pada 2024 mencapai 90 persen.

Yusri mengemukakan inklusi keuangan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan karena semakin tinggi inklusi keuangan kian tinggi kesejahteraan yang berujung pada kian rendahnya angka kemiskinan. (rdr/ant)

Exit mobile version