“Data-data di atas menunjukkan bahwa Indonesia cenderung membutuhkan peran inkubator untuk menjadi jembatan atau agregator pendamping bagi UMKM, calon wirausaha, dan wirausaha pemula dalam upaya mendukung pertumbuhan bisnis baru,” pungkasnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Nazwir, mengatakan, UMKM adalah pejuang-pejuang kesejahteraan. Jumlah UMKM di Sumbar sangat banyak. Di mana hampir 90 persennya merupakan pelaku usaha mikro, sedangkan sisanya 10 persen lagi merupakan pelaku usaha kecil dan menengah serta pelaku usaha besar. “Pelaku usaha mikro di Sumbar paling banyak dengan aset Rp2 miliar ke bawah,” terangnya.
Pemerintah provinsi Sumbar katanya, mendorong pelaku usaha mikro ini bisa jadi wirausaha tangguh. Pemerintah berupaya pada rentang tahun 2021-2026 mampu mewujudkan 100 ribu entrepreneur di Sumbar. “Entrepreneur ini identik dengan wirausaha tangguh,” ujarnya.
Seorang wirausaha tangguh, katanya lagi, dalam melakukan usahanya akan penuh dengan inovasi dan kreativitas, sehingga mampu menghasilkan usaha yang mempunyai nilai tambah. Jika suatu usaha sudah mempunyai nilai tambah, maka dengan sendirinya akan mendatangkan keuntungan bagi pelakunya.
Untuk mendukung itu, menurutnya, berbagai kegiatan sudah dilakukan pemerintah provinsi salah satunya melalui kegiatan bimtek atau pelatihan. Pelatihan ini difokuskan untuk meningkatkan kapasitas kewirausahaan dan digitalisasi pelaku usaha. Sehingga permasalah digitalisasi yang banyak dihadapi oleh pelaku usaha bisa diatasi.
Dengan adanya pelatihan itu, katanya, kini sudah banyak pelaku usaha di Sumbar yang sudah mulai terbiasa dengan budaya online dan dapat menjual produk-produknya secara online. “Kita dorong pelaku usaha kita tidak kalah dengan kelompok-kelompok milenial yang sudah lebih duluan kenal dengan digitalisasi. Kita ingin pelaku usaha kita itu mampu cepat beradaptasi dengan digitalisasi, terutama untuk pemasaran produknya,” tuturnya.
Kemudian soal inkubasi usaha, terangnya, pemerintah provinsi mendorong perguruan tinggi membuka lembaga inkubator yang diharapkan dapat mendidik milenial di Sumbar untuk dapat menjadi pengusaha tangguh. “Kita mengajak akademisi atau perguruan tinggi untuk segera membentuk inkubator-inkubator. Yang saat ini sudah membentuk inkubator baru tiga perguruan tinggi, di antaranya Unand dan UNP,” terangnya.
Menurutnya, agar bisa bersaing, kapasitas dan kemampuan digitalisasi perlu ditingkatkan. Dari data statistik tahun 2016, dari 593 ribu pelaku usaha di Sumbar, sebanyak 90 persennya punya kendala digitalisasi. “Karena itu perlu peningkatan kapasitas dan kemampuan digitalisasinya,” ujarnya.
Selain penguatan kapasitas dan kemampuan digitalisasi itu, bagaimana pelaku usaha ini dimudahkan mendapatkan bantuan modal dengan cara mendekatkannya dengan lembaga-lembaga pembiayaan. “Mulai dari perbankan, CRS dan lain sebagainya. Tujuannya agar pelaku usaha ini mampu tumbuh dan berkembang,” paparnya. (rdr)