PADANG, RADARSUMBAR.COM – PT Semen Padang siap menjadi offtaker atau pembeli dari bahan baku sampah jika nantinya dibangun tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) refuse-derived fuel (RDF) di Kota Padang.
Selain siap menjadi offtaker, PT Semen Padang juga siap menjadi tim operator yang diperbantukan di RDF nantinya saat beroperasi.
RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil atau dibentuk menjadi pelet.
Hasilnya akan dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran recovaring batu bara untuk pembangkit tenaga listrik.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Semen Padang, Asri Mukhtar saat menerima tim Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat, Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, Kedutaan Denmark dan Danish Environmental Protection Agency (DEPA) saat membicarakan peluang tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) refuse-derived fuel (RDF) di Sumatera Barat.
“Jika RDF ini beroperasi di Kota Padang, Sumbar, maka kita siap menjadi offtaker dan memperbantukan tim operator jika dibutuhkan dalam perjalanannya nanti,” katanya di Wisma Indarung, Jumat, kemarin.
Dia mengatakan, saat PT Semen Padang juga sangat komit dengan masalah sampah yang ada di Sumatera Barat. Hal ini ditandai dengan adanya program kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota di Sumbar untuk menangani masalah sampah.
“Jika RDF ini terealisasi di Sumbar, maka Semen Padang sangat siap sebagai offtaker. Semoga sinergi industri ini dengan lingkungan hidup dapat diwujudkan segera. Insyaa Allah kita bisa melakukan ini, karena sama-sama kita tahu bahwa sampah adalah adalah bom kota,” terangnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat, Siti Aisyah mengatakan, sampah menjadi masalah yang selalu bersinggungan dengan manusia setiap harinya. Maka untuk mengatasi hal itu, dilakukan berbagai upaya untuk melakukan pengurangan sampah.
“Untuk saat ini, ada dua rencana untuk RDF, yakni Kota Padang dan Sawahlunto. Untuk di Sawahlunto, offtakernya adalah PLTU dan untuk Kota Padang offtakernya Semen Padang. Namun dari kajian jarak, PT Semen Padang memiliki peluang besar untuk itu,” jelasnya.
Dody Iswandi Maulidiawan dari Kedutaan Indonesia di Denmark mengatakan, peluang mendirikan RDF di Sumbar, khususnya Kota Padang sangat besar.
“Hal ini terlihat dari jumlah sampah yang dihasilkan kota ini setiap harinya, yakni 500s/d 600 ton per hari, sehingga untuk mendirikan RDF di daerah ini bisa dilakukan untuk skala medium,” katanya.
Ia mengatakan, selain jumlah sampah yang banyak, offtaker atau perusahaan industri yang mau memenfaatkan ini juga penting.
Untuk ini, biasanya pabrik semen atau PLTU. Namun dari perbincangan dan melihat jarak, PT Semen Padang berkomitmen menjadi offtaker.
“Selain siap menjadi offtaker, PT Semen Padang juga telah banyak melakukan upaya-upaya dalam usaha pengurangan sampah, seperti adanya program Nabuang Sarok dan kerjasama dengan kabupaten/kota di Sumbar,” katanya.
Ia mengatakan, dari paparan yang diberikan, rencana pendirian RDF dengan jarak terdekat perusahaan offtaker, maka PT Semen Padang memiliki jarak terdekat, sehingga lebih baik.
“Karena jarak yang terlalu jauh dengan offtaker bisa menyebabkan beberapa masalah, seperti jalan kotor dan lainnya,” jelasnya.
Dody mengatakan, saat ini pemerintah berencana membangun TPST RDF di 20 kota di Indonesia menjelang 2024 dan Kota Padang masuk dalam prioritas pembangunan itu karena jumlah sampah yang mencapai 500s/d 600 per hari.
“Kita berharap dengan adanya pembangunan RDF ini nantinya bisa menjadi salah satu solusi sampah. Namun yang perlu diingat ini bukan solusi final dari sampah.”
“Edukasi masyarakat terhadap sampah juga harus terus dilakukan agar bisa melakukan pemilihan sampah dengan baik sebelum dibuang,” harapnya. (rdr)