Fauna dan Flora Langka Hidup Bebas di Taman Kehati Semen Padang

Taman keanekaragaman hayati tempat hidupnya berbagai jenis flora dan fauna itu juga disulap menjadi sarana olahraga, lapangan golf. Area ini kini bahkan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Keragaman hayati di PT Semen Padang

Keragaman hayati di PT Semen Padang

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Kepedulian PT Semen Padang terhadap perlindungan keanekaragaman hayati sudah menjadi komitmen perusahaan sejak lama.

Hal itu salah satunya dibuktikan perusahaan melalui pengelolaan taman keanekaragaman hayati seluas 50 Ha yang merupakan area tambang tanah liat yang telah direklamasi.

Berada di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, taman keanekaragaman hayati tempat hidupnya berbagai jenis flora dan fauna itu juga disulap menjadi sarana olahraga, lapangan golf. Area ini kini bahkan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

“Lapangan golf ini bagian dari Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) PT. Semen Padang. Ada banyak flora dan fauna yang langka hidup di area ini,” kata Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang, Nur Anita Rahmawati.

Salah satunya Elang Ular Bido. Elang sejenis ini adalah elang besar yang menyebar luas di Asia, mulai dari India di barat, Nepal, Srilanka, terus ke timur hingga Cina, ke selatan melintasi Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, kepulauan Sunda Besar, hingga ke Palawan di Filipina.

“Tim Kehati terus memantau eksistensi elang ini di kawasan Taman Kehati Semen Padang. Taman Kehati ini bukan tempat penangkaran, ini lapangan golf.”

“Sesekali, menang ada beberapa hewan atau burung yang langka terlihat di sana, seperti Elang Ular Bido ini,” kata Anita, Jumat (4/11/2022).

Selain itu, lanjut Anita, juga ada Burung Cekakak Sungai, spesies burung dari keluarga Alcedinidae. Burung ini merupakan jenis burung pemakan kadal, serangga besar, katak, dan ulat yang memiliki habitat di daerah terbuka dekat perairan, kebun, kota, dan tepi hutan.

Kemudian, juga ada Burung Cekakak Belukar atau cekakak dada-putih yang merupakan sejenis burung raja-udang dari suku Halcyonidae. Burung ini menyebar luas di Asia dan dikenal dengan banyak nama dalam bahasa Inggris. Di antaranya, White-throated Kingfisher, White-breasted Kingfisher atau Smyrna Kingfisher.

“Selain Cekakak Sungai dan Cekakak Belukar, di Taman Kehati ini juga ada berbagai jenis burung lainnya seperti Burung Madu Sriganti dan Burung Madu. Kemudian, juga ada tumbuhan palem kipas, palem merah, tumbuhan paku tiang dan pakis haji,” terang Anita.

“Rusa Totol asal Istana Bogor dan Ikan Bilih endemik Danai Singkarak, juga menjadi pelengkap keanekaragaman hayati yang ada di Taman Kehati PT Semen Padang ini. Untuk Rusa Totol sendiri, telah diadopsi PT Semen Padang sejak 2016, dan itu diawali dengan enam ekor rusa,” imbuhnya.

Anita menyampaikan, pemeliharan Rusa Totol di kawasan PT Semen Padang ini telah mengantongi izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Lanjutnya, “Sebelum memberikan Rusa Totol ke PT Semen Padang, pihak Istana Bogor memastikan PT Semen Padang memenuhi persyaratan yang ditentukan.”

“Alhamdulillah, sejak mulai diadopsi, Rusa Totol ini terus berkembang. Terakhir jumlahnya 12 ekor,” beber Anita.

Kemudian untuk Ikan Bilih, saat ini hidup dan berkembang biak di sekitaran sungai kecil yang ada di kawasan lapangan golf.

Bahkan, Ikan Bilih ini juga dikembangbiakkan di area kolam yang dilengkapi dengan tempat pemijahan dan di laboratorium pemijahan yang ada di kompleks D1 PT Semen Padang. konservasi.

Hasil perkembangbiakkan Ikan Bilih di kolam dan di laboratorium pemijahan ini, sebut Anita, juga telah disebar ke habitat aslinya di Danau Singkarak. “Ada sekitar 7000 ekor induk ikan bilih yang telah disebar selama 2022 ini,” ungkap Anita.

Ikan Bilih ini, tambah Anita, telah di konservasi sejak tahun 2020 melalui kerja sama antara Tim Kehati Semen Padang dengan Universitas Bung Hatta (UBH) sebagai satu-satunya universitas yang memiliki jurusan perikanan di Sumbar.

“Bagi Semen Padang, konservasi Ikan Bilih ini dilakukan karena populasinya menurun. Makanya, kami bersama UBH berupaya untuk menyelamatkan ikan bilih ini dari kepunahannya,” tutup Anita. (rdr)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version