“Saat ini kami sedang membuka ruang kolaborasi baik dari sisi investasi, teknologi dan kerja sama lainnya untuk menciptakan _smart grid_ yang lebih fleksibel. Sejumlah lembaga internasional yang telah dan akan berkolaborasi dengan kami antara lain Global Power System Transformation (G-PST) Consortium, USAID hingga Accenture,” ujar Evy dalam sela agenda BNEF Summit di Nusa Dua, Bali (12/11).
Gianfranco Casati, Chairman Accenture Growth Markets menilai jaringan listrik yang andal menjadi kunci dari pertumbuhan EBT di Indonesia. Namun, kata Casati seluruh dunia saat ini juga menghadapi tantangan yang sama dalam ketersediaan jaringan listrik yang kompatibel untuk pembangkit EBT yang bersifat intermiten.
“Jaringan listrik sebenarnya merupakan faktor penting untuk pertumbuhan energi terbarukan Tapi ini bukan hanya di Indonesia – banyak pasar lain telah menghadapi atau sedang menghadapi tantangan yang sama persis,” ujar Casati.
Casati mengatakan dalam pengembangan EBT di Indonesia, PLN butuh mengalokasikan paling tidak USD 150 – 200 miliar per tahun hingga 2030. Namun, dana ini bukan hanya untuk prioritas pembangkit saja. Justru, kata Casati investasi tersebut perlu dialokasikan salah satunya untuk pengembangan _smart grid_ sebagai komponen penting dalam pengembangan EBT di Indonesia. (rdr/ant/rel)