LUBUKBASUNG, RADARSUMBAR.COM – Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat kematian ikan di Danau Maninjau bertambah menjadi 402 ton akibat kekurangan oksigen setelah angin kencang dan curah hujan tinggi melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu.
“Ini berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan ke Danau Maninjau,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira di Lubukbasung, Sabtu.
Ia mengatakan, kematian ikan ini bertambah dari 45 ton pada Jumat (18/11/2022), menjadi 357 ton pada Sabtu (19/11/2022), sehingga total menjadi 402 ton.
Menurut dia 402 ton ikan mati itu tersebar di tiga nagari yakni, di Tapian Tampuniak Jorong Tanjung Sani , Nagari Sungai Batang sebanyak 45 ton tersebar di 124 petak keramba jaring apung milik 27 petani. Sedangkan di Jorong Muko-muko Nagari Koto Malintang sebanyak 115 ton tersebar di 278 petak keramba jaring apung milik 16 petani.
Selain itu di Jorong Sungai Tampang, Sigiran, Panta, Muko Jalan, Batu Nangai, Galapuang dan Pandan Nagari Tanjung Sani sebanyak 242 ton tersebar di 770 petak keramba jaring apung dengan pemilik 197 petani. “Kematian ikan itu semenjak Kamis (16/11/2022) dan di Nagari Koto Malintak pada Sabtu (19/11/2022) pagi,” katanya.
Akibat kejadian itu, 240 petani mengalami kerugian sekitar Rp8,44 miliar, karena harga ikan tingkat petani Rp21 ribu per kilogram. Untuk bangkai ikan masih berada di dalam keramba jaring apung dan petani diminta tidak membung ke dalam danau. “Kita meminta agar petani tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau,” katanya.
Ia menambahkan, untuk lima nagari atau desa ada lainnya seperti, Nagari Duo Koto, Bayua, Maninjau, Koto Kaciak dan Koto Gadang belum ada laporan kematian ikan.
Namun penyuluh pertanian lapangan terus melakukan pendataan kematian ikan tersebut. “Penyuluh pertanian lapangan ini setiap hari ke danau untuk mendata kematian ikan dan petani diimbau untuk memanen ikan dalam mengantisipasi kerugian,” katanya. (rdr/ant)