Bersaing dengan Australia, Kinerja Ekspor Batu Bara Indonesia Terganggu

"View ke depan, kami memperkirakan harga rata-rata batu bara tahun 2021 sebesar US$104,3 per ton"

Ilustrasi batu bara. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Prospek bisnis batu bara ke depan diperkirakan mulai melambat pada paruh kedua 2021. Meski pada semester I-2021 masih cukup baik, namun ke depan akan banyak faktor yang menekan bisnisnya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, harga batu bara masih sangat tinggi saat ini. Di pasar spot, per 25 Agustus 2021 adalah US$170,8/ton. Harga batu bara sempat mencapai rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir, yaitu US$173,4/ton pada 16 Agustus 2021. Dengan rata-rata harga pada Agustus ini US$164,8 per ton.

Harga rata-rata pada Agustus ini, menurutnya juga cenderung lebih tinggi daripada Juli dan Juni yang masing-masing adalah sebesar US$145,9/ton dan US$125,3/ton. Sementara itu, dari awal tahun ini hingga 25 Agustus 2021, harga rata-rata batu bara mencapai US$103,6/ton. Sebagai perbandingan, harga rata-rata sepanjang 2020 adalah hanya US$60,3 per ton.

“View ke depan, kami memperkirakan harga rata-rata batu bara tahun 2021 sebesar US$104,3 per ton,” kata dia dikutip dari Industry & Regional Brief, Jumat, 27 Agustus 2021.

Andry menilai, harga batu bara ke depannya cenderung akan terkoreksi karena beberapa sebab. Pertama, stok batu bara domestik China yang perlahan meningkat. Kedua, tapering di Amerika Serikat. “Diprediksikan akan terjadi lebih cepat mulai akhir tahun 2021, yang akan menekan likuditas US dolar dan mengurangi efek spekulasi di pasar,” ungkap Andry.

Di sisi lain, dia menlajutkan, ada beberapa faktor risiko yang bisa mengganggu kinerja ekspor batu bara Indonesia. Pertama, ketergantungan terhadap permintaan batu bara China. “Ini akan membuat kinerja ekspor batu bara Indonesia sangat rentan terhadap kebijakan impor batu bara China. Kedua, persaingan yang lebih ketat dengan batu bara Australia di pasar India,” tegasnya. (*)

Sumber: viva.co.id
Exit mobile version