“Karenanya diperlukan langkah kreatif oleh operator telekomunikasi agar dapat meningkatkan value dari industri telekomunikasi. Hal ini merupakan sebuah adaptasi sehingga posisi operator telekomunikasi menjadi aspek yang penting bagi OTT, dimana OTT akan semakin bergantung dengan operator telekomunikasi atau bahkan akhirnya OTT yang akan membuat kerja sama yang lebih menguntungkan kedua belah pihak untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat,” terang Andre.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan integrasi antara bisnis mobile dengan fiber menjadi satu keniscayaan. Melalui transformasi ini Telkom diharapkan mampu memberikan layanan yang lebih utuh kepada masyarakat dan juga meningkatkan revenue dalam jangka panjang.
“Kita harus melakukan transformasi dengan cepat dan tepat sasaran. Sehingga layanan, baik layanan mobile maupun broadband dapat diintegrasikan dalam satu rumah sehingga masyarakat nantinya merasakan layanan ini terintegrasi,” kata pria yang akrab disapa Tiko ini.
Seperti diketahui, FMC merupakan sebuah keniscayaan bagi operator telekomunikasi dalam beradaptasi dengan peningkatan kebutuhan pelanggan. Layanan FMC diyakini akan meningkatkan customer experience. Dimana pelanggan nantinya akan mendapatkan banyak manfaat dari beragam layanan yang akan ditawarkan, serta mengurangi potensi gangguan akibat down karena jaringan fixed dan mobile akan saling back-up.
Pasar FMC di Indonesia mempunyai potensi yang besar. Dari sekitar 60 juta rumah tangga, sebanyak 25-30 juta rumah tangga mampu menjangkau home broadband. Di samping itu, total pelanggan dari semua operator home broadband saat ini masih di bawah 12 juta rumah tangga. (rdr)