MENTAWAI, RADARSUMBAR.COM – Cuaca terik yang begitu menyengat kulit, menyambut kedatangan rombongan UPZ Baznas Semen Padang di Dermaga Pokai, Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada Selasa (23/5/2023) siang sekitar pukul 11.30 WIB.
Belasan da’i di Kecamatan Siberut Utara, termasuk dari Kecamatan Siberut Barat yang telah menunggu di Dermaga Pokai, kemudian menurunkan satu persatu barang bawaan rombongan dari lembaga penyalur zakat karyawan PT Semen Padang dari atas Kapal MV Mentawai Fast yang ditumpangi rombongan.
Barang bawaan itu terdiri dari tikar solat, Al Quran, serta puluhan perlengkapan salat dan kipas angin. Semua barang bawaan itu akan disalurkan kepada Masjid Bahrul Ulum dan puluhan muallaf yang ada di Dusun Sute’ Uleu, Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, Kepulauan Mentawai.
“Ayo, semua barang yang telah diturunkan langsung kita pindahkan ke speedboat milik BumDes Sikabaluan. Bakda Zuhur kita langsung berangkat ke Dusun Sute’ Uleu,” kata Kepala Pelaksana Harian UPZ Baznas Semen Padang, Muhammad Arif kepada belasan da’i di pulau terbesar di Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebut.
Arif bersama rombongan yang terdiri dari Sekretaris UPZ Baznas Semen Padang, Muhammad Irwan Prasetyo, dan Buya Zulkisman Lubis, S.Ag, berangkat dari Kota Padang menuju Dusun Sute’ Uleu dalam rangka pembinaan da’i mitra UPZ Baznas Semen Padang di Siberut Utara dan Siberut Barat yang digelar 23-25 Mei 2023, sekaligus meninjau proses pembangunan Masjid Bahrul Ulum.
Masjid Bahrul Ulum merupakan satu-satunya masjid di Dusun Sutek’ Uleu. Dusun ini merupakan dusun tertua di Desa Simalegi.
Perjalanan ke dusun ini tidaklah mudah. Harus menaiki speedboat dan butuh nyali besar untuk sampai ke dusun ini, mengingat lokasinya berada di pesisir pantai barat Pulau Siberut.
Jika cuaca buruk, maka nyawa taruhannya. Selain badai yang menghadang, jarak dusun ini cukup jauh, sekitar 3,5 jam perjalanan atau sejauh kurang lebih 80 mil dengan menyisiri perairan utara Pulau Siberut dan terus ke pariaran barat (Samudra Hindia), atau dari Dermaga Pokai, naik speedboat ke arah utara Pulau Siberut melewati Pulau Tumbang dan Pulau Semasin, terus ke Labuhan Bajau.
Setelah melewati Labuhan Bajau, gelombang laut yang bersahut-sahutan dari arah Samudra Hindia semakin kuat. Bahkan, dari cerita Kepala Desa Sikabaluan, Aprijon, yang ikut bersama rombongan UPZ Semen Padang mengatakan kuatnya gelombang laut dari arah Samudra Hindia sering membuat operator speedboat terpaksa berbalik arah ke Dermaga Pokai.
“Kalau akhir Mei ini gelombang laut sudah mulai tinggi. Mudah-mudahan saja gelombangnya bisa bersahabat dengan speedboat ini.”
“Tapi kalau tidak, nanti kita cari tempat berlindung di pulau-pulau kecil yang ada dekat sini,” kata Kepala desa berusia 39 tahun itu yang juga merupakan da’i mitra UPZ Baznas Semen Padang.
Untungnya, dalam kunjungan rombongan UPZ Baznas Semen Padang ke Dusun Sute’ Uleu, gelombang dari arah Samudra Hindia itu tak mengganas, sehingga begitu melewati Labuhan Bajau, speedboat yang ditumpangi terus menyisiri perairan barat Pulau Siberut dengan melewati perairan di Desa Sigapokna hingga akhirnya rombongan UPZ Semen Padang sampai di Dusun Sakaladath.
Setiba di Sakaladath, speedboat yang membawa rombongan UPZ Baznas Semen Padang kemudian merapat di pantai Sakaladath.
Sebab, gelombang laut yang mencapai 2 meter lebih ke arah Dusun Sute’ Uleu, tak memungkinkan untuk bisa dilalui oleh speedboat berukuran 10 meter dengan lebar 1 meter yang dilengkapi mesin 80 PK, tanpa life jacket untuk penumpang speedboat.
“Tidak ada kapal lain selain speedboat ini yang bisa kita gunakan untuk ke Sute’ Uleu. Maklumlah, di sini tidak ada kapal berukuran besar yang mengakses Sute’ Uleu. Kalau lewat darat, tidak ada jalan. Satu-satunya jalan, ya lewat laut,” ujar Aprijon.
Dari Sakaladath, rombongan UPZ Semen Padang berjalan kaki menyisiri pantai barat dengan melewati camp tempat para bule yang sedang menikmati tingginya gelombang laut Kepulauan Mentawai untuk bermain surfing.
Jarak Sakaladath ke Dusun Sute’ Uleu cukup jauh, sekitar 4 km. Meski begitu, banyaknya bule berselancar di atas papan surfing membuat perjalanan menuju Sute’ Uleu tak begitu melelahkan.
Sekitar 1 jam perjalanan, rombongan sampai di Dusun Sute’ Uleu, tempat Masjid Bahrul Ulum yang dibangun melalui sumbangan donatur dan dana zakat karyawan PT Semen Padang yang disalurkan melalui UPZ Baznas Semen Padang, yang merupakan pionir bagi UPZ lainnya yang ada di perusahaan BUMN.
Setiba di sana, rombongan disambut puluhan muallaf, termasuk tokoh masyarakat setempat bernama Putra Satria alias Togar.
Kata Togar, di Dusun Sute’ Uleu ini ada sekitar 40 KK. Dari jumlah tersebut, terdapat 10 KK yang beragama Islam. Sebagian besar dari mereka adalah muallaf.
Tentunya, dia bersama para muallaf lainnya butuh bimbingan dari para da’i untuk bisa mengenal Islam lebih baik. Untuk itu, dia pun memohon agar UPZ Baznas Semen Padang dapat menempatkan da’i nya di Sute’ Uleu.
“Saya juga muallaf dan saya belum mengenal Islam dengan baik. Kami mohon jangan hanya materi saja yang diberikan kepada kami, tapi juga bimbingan.”
“Karena, kami ini masih buta dengan ilmu agama Islam, apalagi SDM kami rendah. Mohon tempatkan da’i yang benar-benar membina kami di sini,” kata Togar berharap kepada rombongan UPZ Baznas Semen Padang.
Mayoritas masyarakat Dusun Sute’ Uleu, kata Togar melanjutkan, berasal dari Dusun Simalegi Tengah, Desa Simalegi. Dulunya, dusun ini dihuni oleh sedikit masyarakat.
Pada tahun 1997, sekitar 30 kepala keluarga (KK) di Simalegi Tengah pindah ke Sute’ Uleu dalam rangka mengembangkan zona persiapan Taman Nasional Siberut.
Sampai sekarang jumlah KK tidak berkembang signifikan, karena banyak dari warga yang pindah tinggal ke dusun lain, dan ada juga yang merantau keluar dari Kepulauan Mentawai untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
“Saya ini dulunya penyuluh persiapan Taman Nasional Siberut. Karena Taman Nasional Siberut terlalu sempit, akhirnya butuh pengembangan. Makanya, kami pindah ke Sute’ Uleu ini. Kalau bahasa Mentawai nya, Sute’ Uleu itu artinya subur.”
“Alhamdulillah, tanahnya subur dan cocok buat kami berladang,” kata Togar sembari menyebut rata-rata masyarakat Sute’ Uleu bekerja sebagai peladang.
Terkait dibangunnya Masjid Bahrul Ulum oleh UPZ Baznas Semen Padang, Togar mengatakan ibarat mimpi yang terwujud. Karena, sudah lama umat Islam di Sute’ Uleu menginginkan adanya masjid untuk salat Jumat.
Karena, pada umumnya setiap jumat, umat muslim melaksanakan ibadah salat Jumat ke Dusun Betaed dan ke Dusun Sakaladath. Kedua dusun ini masih berada di teritorial Desa Simalegi.
Jarak kedua dusun ini cukup jauh dari Sute’ Uleu. Kalau ke Bataed sekitar 8 km atau sekitar 20 menit kalau menggunakan sepeda motor.
“Yang dekat itu ke Sakaladath. Jaraknya sekitar 4 km. Makanya, kami sangat senang sekali UPZ Semen Padang mau membangun masjid di dusun kami ini. Meski belum 100 persen selesai, alhamdulillah sudah bisa kami manfaatkan. Ramadan kemarin kami gunakan untuk salat Tarawih,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat sekitar bernama Rahmad Hidayat. Kata dia, Masjid Bahrul Ulum ini satu-satunya rumah ibadah umat Muslim di Sute’ Uleu.
Dan, pembangunan masjid ini berawal saat dia mengantarkan anaknya sekolah ke Sakaladath. Waktu itu awal tahun 2022. Di sana, dia bertemu dengan teman lamanya bernama Renti Tateuteu yang merupakan da’i mitra UPZ Baznas Semen Padang.
Renti Tateuteu pun menyampaikan kalau dia ke Sakaladath bersama rombongan UPZ Baznas Semen Padang untuk menjalankan program dakwah dan syiar Islam.
Kemudian, Rahmad menemui pihak UPZ Semen Padang dan menyampaikan keinginannya agar dibangunkan masjid di dusunnya. Gayung bersambut, UPZ Baznas Semen Padang menurunkan tim untuk menindakkanjutinya.
“Setelah tim dari UPZ melakukan survei, saya bersama masyarakat langsung mengurus segala persyaratannya, termasuk surat hibah tanah tempat dibangunnya masjid ini.”
“Dua bulan pengurusannya selesai, dan pihak UPZ juga membentik tim untuk pembangunan masjid ini. Tim tersebut merupakan da’i mitra dari UPZ Semen Padang yang ada di Siberut Utara dan Siberut Barat,” katanya. (rdr)