Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menambahkan luas tanam kacang hijau rata-rata setahun sebesar 140 ribu ha dengan produksi 230 ribu ton.
Pada tahun 2022 volume ekspor kacang hijau secara total sebesar 16,54 ribu ton dengan nilai Rp314,90 miliar dan pada per bulan Agustus 2023 telah mencapai sebesar 11,15 ribu ton dengan nilai Rp211,17 miliar.
“Lima daerah asal produksi kacang hijau terbesar diantaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, NTT, dan Sulsel dengan empat besar negara tujuan ekspor yakni China, Taiwan, Filipina dan Jepang,” katanya.
Lebih lanjut, Suwandi mengatakan sesuai arahan Menteri Pertanian, budidaya kacang hijau terus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya di Jateng, Jatim, NTB, NTT, Sulsel dan daerah lainnya.
Hal itu merupakan salah satu upaya menggenjot produksi komodoti tanaman pangan dengan pendekatan utuh dari hulu hingga pasar dan ekspornya.
Terpisah, Direktur Operasional PT Haniori, Richard selaku eksportir kacang hijau mengapresiasi dukungan Kementan dalam mendorong pengembangan budidaya dan peningkatan produksi kacang hijau dari hulu hingga hilir.
Peluang ekspor kacang hijau diakuinya sangat tinggi mengingat kacang hijau merupakan salah satu komoditi pertanian yang semakin terkenal di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir karena khasiat kesehatannya yang luar biasa.
“Kami sangat bersyukur, karena varian kacang hijau yang terbaik, hanya bisa dihasilkan di Indonesia, yaitu varian butek atau BWI. Menurut mayoritas konsumen, varian ini lebih legit dan wangi,” tuturnya. (rdr/ant)