Andre menegaskan, seluruh strategi yang dijalankan memiliki kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit, sehingga PHE perlu mendapatkan dukungan dari berbagai aspek, di antaranya pendanaan dan langkah-langkah investasi yang transparan agar kegiatan operasional bisa berjalan lancar untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Saat ini, kata Andre lagi, negara Indonesia merupakan negara net importir minyak dimana produksi minyak dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan minyak nasional sehingga diperlukan komitmen pemenuhan target produksi minyak nasional.
“Dengan tersedianya investasi, baik melalui pasar keuangan maupun partnership, maka PHE dapat berkembang dan menjaga keberlanjutan hulu migas nasional serta diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan migas dalam negeri,” pungkas Andre Rosiade.
Sementara itu, akademisi dari Unand, Dr Feri Arlius menegaskan, Pertamina memiliki peran strategis dalam menyediakan energi yang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk menggerakkan seluruh sendi-sendi kehidupan di Indonesia. Atas tanggung jawabnya tersebut, Pertamina telah membangun jaringan bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Pertamina katanya, kemudian membuat beberapa anak perusahaan. Salah satunya Pertamina Hulu Energi yang tugasnya mencari sumber-sumber energi migas dan merawat sumber migas tua (sumur migas) agar hasilnya dapat dimanfaatkan secara maksimal. PHE ini mengelola puluhan blok atau tambang migas baik di dalam maupun di luar negeri.
“PHE melakukan beberapa kegiatan, mulai dari pengeboran minyak, hingga mencari lokasi cadangan minyak baru untuk dieksplorasi dari Sabang hingga Merauke,” ujarnya.
Ia menyebut, tahun 2022 ini PHE memberikan kontribusi 68 persen energi di Indonesia yang memberikan pendapatan kepada negara mencapi Rp269 triliun dari target Rp149 triliun.
Menurutnya, ada dua hal yang menentukan keberlangsungan hidup suatu bangsa. Pertama energi, kedua pangan. Agar sektor energi ini dapat dimanfaatkan dengan baik, maka energi ini harus dikelola atau dikuasai oleh negara melalui BUMN. (rdr)