“Peningkatan capex BUMN tersebut tidak lepas dari kebijakan BUMN dalam memprioritaskan program-program strategis. BUMN juga fokus pada berbagai program restrukturisasi agar perusahaan negara ini dapat menjalankan usahanya dengan efektif dan efisien,” jelas dia.
Berbagai aktivitas bisnis yang positif itu. Lanjut Menteri Erick, mengantarkan perolehan ekuitas seluruh BUMN ke angka Rp3.101 triliun pada 2022 atau tumbuh 11,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2.778 triliun.
“Mayoritas BUMN juga sudah jauh meninggalkan zona dominasi utang dalam pengelolaan keuangannya, atau sehat. BUMN telah menurunkan tingkat utang dibanding investasi tertanam dari 36,2 persen pada tahun 2021, menjadi 34,9 persen pada 2022,” ungkap Erick Thohir.
Raihan tersebut dinilai membuat BUMN tangguh dengan aset yang tumbuh dari Rp8.978 triliun pada 2021 menjadi Rp9.789 triliun pada 2022 dan menjadi Rp 9.842 triliun di semester pertama 2023.
Dengan demikian, Menteri Erick optimistis BUMN mampu menyetorkan dividen hingga Rp80,6 triliun, lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar Rp80,2 triliun.
“Dan menjadi yang terbesar dalam sepanjang sejarah Kementerian BUMN,” tutup Erick Thohir. (rdr)