Untuk etimologinya, nama “selatanensis” menunjukkan katak ini berasal dari bahasa “Indonesia Selatan.” Kata “Selatan” menunjukkan lokasi distribusinya berada di wilayah selatan di Sumatera. Sementara akhiran Latin “–ensis” berarti dari tempat itu. Sedangkan nama Indonesia yang disarankan yaitu Katak Tanduk Sumatera Selatan.
Begitu pula asal kata “Acehensis”, yang berarti berasal dari provinsi Aceh di Sumatera bagian utara dan akhiran latin “-ensis” yang berarti dari tempat itu dengan saran nama Indonesia yaitu Katak Tanduk Aceh.
Holotype Megophrys Selatanensis diambil dari koleksi spesimen Museum Zoologicum Bogoriense yang ditemukan pada ekspedisi lapangan tahun 2013 dan Megophrys acehensis pada tahun 2015.
Berdasarkan hasil penelitian ini, setiap spesies Megophrys di Sumatera kemungkinan memiliki distribusi terbatas. Dari lima jenis yang terdapat di Sumatera, empat diantaranya merupakan jenis endemik. Selain endemik, marga Megophrys ditemukan di hutan dataran tinggi dan rendah. Perubahan habitat dari hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan sawit merupakan ancaman terbesar terhadap kelestarian jenis ini.
Ketiga Kalinya
Penemuan katak tanduk jenis baru bukan pertama kalinya. Sebelumnya, Peneliti Herpetologi Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Amir Hamidy, beserta tim juga berhasil menemukan jenis baru katak dari marga Megophrys. Pada 2018, mereka menemukan Katak Tanduk Lancip (Megophrys Lancip) dari Sumatera. Begitu juga pada 2019, mereka menemukan Katak Tanduk Kalimantan (Megophrys Kalimantanensis). (liputan6.com)