JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Ilmuwan menemukan titik terang baru tentang keberadaan air di permukaan Bulan. Penemuan ini adalah bagian dari perjalanan panjang perburuan air di Bulan oleh manusia.
Pada 2020, teleskop pesawat terbang SOFIA milik NASA berhasil mendeteksi keberadaan air di permukaan Bulan. SOFIA mendeteksi keberadaan air ini di kawah Clavius, salah satu kawah terbesar yang ada di Bulan. Air ini hanya berbentuk butiran-butiran kecil yang terperangkap di antara bebatuan permukaan Bulan. Jumlahnya pun tidak banyak. Dikutip dari situs web NASA, gurun Sahara sendiri 100 lebih basah daripada wilayah Bulan yang punya air ini.
SOFIA adalah sebuah teleskop inframerah yang terpasang di sebuah pesawat terbang. Pesawat Boeing 474 ini membawa teleskop SOFA sampai di ketinggian 11 sampai 13 km di mana cahaya inframerah lebih jelas sebelum tersaturasi oleh atmosfer.
Pertengahan 2021 lalu, India melalui agensi luar angkasanya, ISRO, mengumumkan bahwa salah satu misi satelit Bulan (orbiter) mereka berhasil mendeteksi keberadaan air di kutub selatan Bulan. Satelit bernama Chandrayaan-2 yang meluncur pada 2019 lalu ini berhasil menemukan keberadaan senyawa OH dan H2O menggunakan spekrometer infra merah (IIRS).
Pada November 2020 lalu, China meluncurkan sepaket wahana komplit Chang’e 5 menuju Bulan. Wahana ini terdiri dari pendarat (lander), peluncur dengan roket mini (ascender), satelit (orbiter), dan returner, yang mengirim sampel Bulan ke Bumi. Tujuan utama wahana ini adalah mengebor batuan bulan dan mengirim sampel terebut ke Bumi via kapsul, yang mana sukses dilakukan Desember 2020.
Setelah misi utama sukses, wahana-wahana ini melanjutkan misi meneliti Bulan dengan instrumen sains yang ada. Lander, wahana yang bertahan di permukaan bulan, baru-baru ini berhasil menemukan petunjuk baru keberadaan air di permukaan bulan.
Dengan menggunakan spektroskopi, wahana luar angkasa Chang’e mendeteksi keberadaan air mencapai 120 ppm di wilayah Northern Oceanus Procellarum Bulan. Air ini bukanlah air dalam bentuk genangan, tapi molekul air yang terperangkap di antara kerikil bulan atau biasa disebut moon regolith.
Di masa depan, keberadaan air di Bulan penting untuk diekstrak oksigennya demi keberlangsungan hidup astronaut ketika stasiun antariksa Bulan sudah didirikan. (kumparan.com)