JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Fenomena hujan es di Indonesia masih terus terjadi di berbagai wilayah, seperti Tangerang Selatan. Hujan es selalu membuat takjub sekaligus takut semua orang.
Sebenarnya, hujan es normal terjadi, terutama di wilayah tropis. Hujan es terjadi karena pembentukan awan kumulonimbus ke langit tinggi hingga ketinggian 9.000 meter dalam waktu singkat, yaitu kurang dari 1 jam.
Suhu di bagian puncak awan pada ketinggian tersebut mencapai -60 derajat Celsius. Hal ini menyebabkan uap air di dalam awan akan membentuk kristal-kristal es dan jatuh ke Bumi sebagai hujan es batu.
Hujan es terbesar di dunia
Sebagian besar hujan es yang terjadi hanya menjatuhkah bongkahan es dengan ukuran 5 sampai 50 milimeter. Namun, kondisi cuaca ekstrem yang berbeda mungkin menghasilkan bongkahan es yang jauh lebih besar.
Dilansir dari World Meteorological Organization Arizona State University, bongkahan hujan es terbesar yang pernah tercatat jatuh di Gopalganj, Bangladesh, pada 14 Apri 1986.
Berat bongkahan es tersebut mencapai 1,02 kilogram. Bongkahan hujan es terbesar berikutnya jatuh di Vivian, Dakota Selatan, Amerika Serikat. Hujan es ini terjadi pada 23 Juli 2010. Ukuran bongkahan terbesar kedua ini memiliki diameter 20,3 sentimeter dengan berat mencapai 0,87 kilogram.
Hujan es paling mematikan di dunia
Bongkahan hujan es dengan ukuran besar bisa jadi berbahaya dan berisiko merusak bangunan hingga memakan korban. Menurut data World Meteorological Organization Arizona State University, hujan es paling mematikan di dunia terjadi pada 30 April 1888 di Moradabad.
Hujan ini mengakibatkan tewasnya 246 jiwa. Pada fenomena hujan es yang terjadi hari itu, bongkahan hujan es jatuh dengan ukuran rata-rata sebesar telur bebek dan jeruk. Hujan es paling mematikan kedua adalah hujan es di Nanking, China pada tahun 1932. Peristiwa ini menewaskan 200 orang dan ribuan lainnya luka-luka. (rdr/kompas.com)