Sukses di Serial, Si Dul Karya Penulis Minang Dibuat Animasi

Boy mengatakan ingin menggarap Si Dul versi animasi, lantaran ingin membuat tontonan yang bukan hanya menghibur.

Kisah novel Si Dul karya penulis Minang Aman Datuk Madjoindo akan dibuatkan animasinya setelah sukses dalam serialnya.

Kisah novel Si Dul karya penulis Minang Aman Datuk Madjoindo akan dibuatkan animasinya setelah sukses dalam serialnya.

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kisah novel Si Dul karya penulis Minang Aman Datuk Madjoindo akan dibuatkan animasi setelah sukses dalam serialnya.

Hal itu dicetus oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komjen Pol Boy Rafli Amar yang juga cucu dari Aman Datuk Madjoindo, penulis Minang yang membuat novel dan kisah Si Dul Anak Betawi pada 1932 silam.

Boy mengatakan ingin menggarap Si Dul versi animasi, lantaran ingin membuat tontonan yang bukan hanya menghibur. Tapi juga memberikan teladan bagi anak-anak Indonesia. Untuk ceritanya, Boy yang juga pemegang hak cipta mengaku akan menghadirkan cerita-cerita yang lebih segar dan masa kini.

“Aman Datuk Madjoindo merupakan tokoh yang sangat besar. Beliau selalu bersemangat untuk mengajak dan mengangkat anak-anak Indonesia menjadi anak-anak yang berbudi luhur dan berpikiran jernih.”

“Diharapkan Si Dul menjadi teman anak-anak Indonesia dengan cerita yang disesuaikan dengan saat ini. Anak-anak adalah aset yang tak ternilai,” kata Boy Rafli Amar dalam jumpa pers secara virtual.

“Novel Si Dul Anak Jakarta yang ditulis oleh kakek saya akan bertransformasi menjadi karya animasi. Tentu menjadi kebanggaan untuk saya dan keluarga besar saya.”

“Pasalnya, sehari sebelum HUT Kemerdekaan RI, telah lahir sebuah karya animasi yang kami persembahkan untuk anak-anak Indonesia dengan Judul Si Dul,” tambahnya.

Di sisi lain, Si Dul animasi dikerjakan oleh Rocket Studio dibawah naungan HJ Production. Si Dul disutradarai oleh Indra Jaya. Dia mengaku senang dan bangga dapat menggarap proyek animasi Si Dul yang akan tetap menghadirkan kearifan lokal hingga memberikan berbagai aspek dari sudut pandang anak-anak.

“Kebanggaan bagi kami bisa memimpin proyek ini, kami akan menghidupkan kembali tokoh yang dulu sangat fenomenal, latar cerita asli novelnya adalah masa penjajahan.”

“Namun, kami akan menyajikan kisah yang lebih modern, sesuai dengan perkembangan hari ini namun tetap disertai nilai kearifan lokal.”

“Si Dul akan menjadi sosok yang memberikan kisah inspiratif tentang isu sosial, pendidikan, budaya, agama, kebangsaan, kelestarian alam, kesehatan dari sudut pandang anak kecil,” kata Indra Jaya, yang juga pernah menggarap serial Adit Sopo Jarwo.

Sementara itu, selaku produser kreatif Dana Riza mengatakan, animasi Si Dul sangatlah menarik dan penuh tantangan. Terlebih lagi, animasi ini diharapkan menjadi tontonan yang bermanfaat.

“Kami tentu akan sejalan dengan visi Pak Boy untuk menciptakan tokoh yang sederhana, punya keinginan tinggi untuk belajar dan tentunya mengangkat kearifan lokal masyarakat Indonesia. Banyak langkah yang sedang kami rancang agar Si Dul bisa menjadi tontonan yang baik,” papar Dana Riza.

Untuk tanggal perilisan, Boy dan rumah produksi masih merahasiakan. Novel Si Doel Anak Jakarta karya Aman Datuk Madjoindo diterbitkan tahun 1932, saat ini hak ciptanya dipegang cucu Aman, Boy Rafli Amar.

Novel itu menceritakan kehidupan seorang anak Betawi bernama Doel yang hidup pada masa penjajahan, dengan segala kesulitan hidup pada masa itu, Doel tetap berusaha menjadi seorang anak yang gigih dan tangguh.

Aman Datuk Madjoindo dikenal sebagai penulis Minang dan sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Dia lahir 5 Maret 1896 di Solok, Sumatra Barat dan meninggal 5 September 1969 pada umur 73 tahun di Solok.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Si Doel Anak Betawi, yang kemudian dijadikan film Si Doel Anak Betawi oleh sutradara Syumanjaya, dan menjadi inspirasi sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Aman pernah mengenyam pendidikan di HIS di Solok serta Kweekschool (Sekolah Raja) di Bukittinggi. Setelah lulus sekolah dia sempat menjadi guru di Padang pada tahun 1919 sebelum pindah ke Jakarta.

Aman Datuk Madjoindo kemudian bekerja di Balai Pustaka sejak tahun 1920. Ia bekerja di tim redaksi bahasa Melayu bersama dengan Sutan Iskandar, Tulis Sutan Sati, Sutan Muhammad Zein dan Sutan Pamuntjak.

Aman Datuk berhenti bekerja di Balai Pustaka pada tanggal 30 Juni 1958. Pada awal masuk Balai Pustaka, Aman pertama kali bekerja sebagai sebagai korektor, sebelum menjadi ajudan redaktur dan kemudian redaktur. Dia juga pernah menjabat direktur penerbit Balai Pustaka.

Ada lebih 20 buku yang telah dikarang Aman Datuk Madjoindo. Si Doel Anak Betawi ditulis pada tahun 1956. Namun jauh dia sebelumnya telah menulis berbagai cerita lain, di antaranya Menebus Dosa (1932), Rusmala Dewi (1932, bersama S. Hardjosoemarto), Sebabnya Rafiah Tersesat (1934, bersama S. Hardjosoemarto), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Perbuatan Dukun (1935), Sampaikan Salamku Kepadanya (1935).

Selain cerita, Aman juga menulis karya-karya Melayu kuno dalam bentuk puisi dan cerita. Puisi-puisinya antara lain Syair Si Banto Urai (1931) dan Syair Gul Bakawali (1936)

Karya-karya yang berbentuk hikayat adalah Cerita Malin Deman dan Puteri Bungsu (1932), Cindur Mata (1951), Hikayat Si Miskin (1958), Hikayat Lima Tumenggung (1958). Dia juga menyelenggarakan penerbitan edisi Sejarah Melayu pada 1959. (rdr/dtk)

Exit mobile version