Dikutip dari laman bbc.com, Sander menceritakan bahwa di Belanda, perang di Indonesia ini jarang diketahui.
“Di Indonesia, semua orang tahu tentang Perang Kemerdekaan. Di Belanda, tak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu. Mereka bahkan tak menyebutnya perang, tapi aksi polisional. Jadi, saya pikir perspektif historis ini menarik. Kakek buyut Jim meninggal dunia dalam perang ini, tapi dia tak pernah mendengar tentang peristiwa ini,” kata Sander.
Sander juga menjelaskan, selama melakukan riset sekitar empat tahun untuk film ini, ia dan tim mencoba untuk mengenali sosok Westerling yang disebut Sander layaknya “antagonis ideal”.
“Yang dilakukannya di dunia nyata sangat dramatis dan tragis. Kami hanya menunjukkan sedikit dari itu, tak sejahat dan seburuk yang terjadi sebenarnya. Tapi ini cara yang baik menunjukkan dua sisi dari perang ini. Orang Belanda tak mau membicarakan ini atau tidak tahu, apalagi mengetahui kejahatan perang yang terjadi,” kata Sander.
Masih dikutip dari laman bbc.com, dalam wawancara yang sama, Shanty mengatakan, di Indonesia sejarah terkait Westerling memang diajarkan di sekolah, tapi tidak secara detil. “Yang menarik adalah ini film dari negara, yang pada dasarnya, mau menceritakan kejahatan perang yang mereka lakukan. Saya pikir ‘wow, ini berani’ dan ini adalah bagian dari sejarah kita,” kata Shanty.
Pro Kontra
Film besutan Jim dan tim tersebut memang fiktif, namun penggambaran Westerling di film itu, disebut sangat sedikit sisi fiktifnya. Sejarawan Indonesia, Bonnie Triyana, memuji film itu, yang disebutnya berani melihat sejarah masa lalu dengan terbuka.
“Film ini menurutku simbol keberanian pembuat film Belanda, generasi muda Belanda, yang berani melihat sejarahnya sendiri dengan jujur dan terbuka. Ini progresif,” ujar pemimpin redaksi majalah Historia itu, seperti dikutip dari laman bbc.com.
Bonnie menambahkan, film De Oost layaknya “pukulan telak” dan “tamparan keras” bagi mereka yang disebutnya “kelompok kanan” dan “retrogresif” di Belanda. Namun demikian, meski mendapat pujian dari beberapa kalangan, film ini juga tidak luput dari kritik. Salah satunya muncul dari putri Westerling, Palmyra.
Dia tak sepakat dengan penggambaran sosok ayahnya dalam film itu. Dalam sebuah surat terbuka, Palmyra mengatakan sejarah kolonial Belanda yang kompleks. Namun, menurutnya, generasi saat ini kerap mencoba menceritakan sejarah tanpa penyelidikan yang tepat, cenderung melakukannya secara sepihak, dan dengan pendekatan yang subjektif.
Sehingga ia menyebut film De Oost sebagai fantasi yang memutarbalikkan fakta dan menyebarkan kebohongan.
Selain kritikan dari putri Westerling sendiri, film De Oost juga sudah diprotes sejumlah organisasi di Belanda termasuk federasi veteran Indo di Belanda (FIN). FIN bahkan mengajukan gugatan kepada pembuat film De Oost namun pengadilan memutuskan pembuat film De Oost tidak bersalah.
Meski jadi pro dan kontra, produser film Sander Verdonk, mengatakan puas karena film berdurasi sekitar dua setengah jam ini telah membuka ruang diskusi soal masa lalu di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disebutnya sebagai ‘narasi satu arah’ tak lagi berlaku.
“Langkah kedepannya yang bisa dilakukan, menurut saya, adalah diskusi yang lebih banyak antara pihak Belanda dan Indonesia,” ujarnya.
Film De Oost (The East) merupakan film Belanda pertama yang ditayangkan Amazon Prime Video. Dikutip dari laman IMDb, film berdurasi 2 jam 17 menit ini ber-genre drama, thriller, dan perang, yang dirilis pada 13 Mei 2021 di Belanda.
Selain Martjin Lakemeier yang berperan sebagai Johan de Vries dan Marwan Kenzari sebagai Raymond Westerling, film De Oost juga menampilkan sederet cast atau pemain yang berasal dari Belanda, seperti Jonas Smulders sebagai Mattias Cohen, Abel van Gijlswijk sebagai Charlie, Coen Bril sebagai Eddy Coolen dan beberapa nama lainnya.
Mengingat bahwa film De Oost juga merupakan sejarah yang terjadi di Indonesia, nama beberapa aktor Indonesia pun ikut terlibat, mulai dari Ence Bagus, Putri Ayudya hingga Lukman Sardi pun ikut berperan dalam film ini.
Nah, buat kamu yang penasaran dengan keseluruhan cerita dari film yang mendapat rating 7.0/10 di IMDb ini, kamu bisa menontonnya melalui platform streaming Mola yang mulai menayangkan film ini pada 7 Agustus 2021. Selamat menonton! (*)